Belajar IELTS Otodidak. Mungkinkah?

source: freepik.com


Kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, adalah syarat mutlak untuk melanjutkan studi di luar negeri. Syarat fasih berbahasa Inggris tidak hanya berlaku di negara-negara berbahasa Inggris seperti UK, US, Australia atau Kanada, tetapi juga di negara seperti Jerman maupun Belanda dan banyak negara lainnya.

Namun harus diakui bahwa memenuhi persyaratan berbahasa Inggris seperti TOEFL atau IELTS bukanlah perkara mudah.Tidak hanya dari sisi kompleksitas ujian tetapi juga dari segi biaya yang seringkali berkisar jutaan rupiah.

Oleh karena itu, butuh persiapan yang matang sebelum kita memutuskan untuk mengambil sebuah sesi tes bahasa Inggris. Tidak jarang banyak yang rela mengeluarkan budget ekstra untuk mengambil kelas persiapan IELTS/TOEFL. Namun, seringkali biaya yang diperlukan untuk mengambil kursus tersebut juga tidak sedikit yang biasanya juga tidak jauh berbeda dengan biaya untuk tes IELTS atau TOEFL itu sendiri. Selain itu, penyedia kursus tes bahasa Inggris juga hanya tersedia di tempat-tempat tertentu saja.

Hal ini tentu jadi pertimbangan lebih bagi mereka yang mungkin punya waktu dan dana yang terbatas sehingga kursus tidak lagi menjadi pilihan yang bisa diambil. Dengan kata lain, belajar otodidak adalah pilihan jalan keluar yang tersisa. Namun, apakah memungkinkan untuk melakukan persiapan otodidak sebelum mengambil tes IELTS/TOEFL?

Kalau bicara kemungkinan, semua kemungkinan pasti ada. Saya sendiri mengambil tes IELTS dengan persiapan otodidak yang terutama karena keterbatasan dana serta tidak adanya penyedia kursus IELTS di tempat domisili saya. Pada akhirnya, pada tes IELTS pertama saya yang dipersiapkan secara otodidak, puji Tuhan saya mendapat overall band score 7.

Dari perngalaman saya tersebut, dan pengalaman orang lain yang sempat saya baca, saya berkesimpulan bahwa belajar otodidak IELTS mungkin dilakukan. Namun, tentu saja ada beberapa poin yang perlu diperhatikan.


1.      Melakukan Self-Assessment terlebih dulu

Yang pertama harus dilakukan adalah melihat dan mengira-ngira sejauh mana kemampuan berbahasa Inggris yang sudah kita miliki. Ini perlu untuk memperkirakan berapa lama waktu yang kita perlukan untuk belajar dan berlatih sebelum mengambil tes IELTS. Tes IELTS adalah tes yang sudah terstandarisasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris seseorang. Sehingga tentu saja tidak bisa dihadapi dengan system kebut semalam. Semua skill atau keterampilan pasti didapat dari latihan yang konsisten dan akan terus menjadi lebih baik jika terus ditempa seiring berjalannya waktu, termasuk dalam keterampilan berbahasa Inggris.

Jika kita kurang percaya diri dengan kemampuan yang kita miliki saat ini, maka ambil waktu lebih untuk persiapan dan latihan dari jauh-jauh hari sebelumnya. Oleh karena itu, perlu untuk menyusun timeline yang terukur mengenai kapan mulai belajar IELTS, kapan rencana mengambil tesnya, kapan mendaftar ke kampus tujuan serta kapan rencana mendaftar beasiswanya. Oleh karena itu persiapannya dapat berbulan-bulan bahkan sampai lebih dari setahun. Take time! The earlier you start, the more you can get prepared!


2.      Mengenali kelebihan dan kekurangan

Tes IELTS terdiri dari empat komponen yaitu Listening, Reading, Writing dan Speaking. Sangat mungkin kemampuan kita di empat komponen tersebut tidak merata. Mungkin kita lebih baik di komponen pasif yaitu listening dan reading dibandingkan writing dan speaking mengingat system pendidikan kita selama sekolah dasar sampai menengah kurang menitikberatkan pada penggunaan bahasa Inggris yang aktif dan praktikal. Setidakya ini berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi saya yang sebagian besar nilai lebih rendah ada pada writing dan speaking.

Jika kita bisa memetakan di komponen mana yang sudah cukup baik dan mana yang masih perlu belajar dan latihan ekstra, maka kita dapat mengatur porsi belajar kita. Hal ini penting karena sebagian besar kampus tujuan menentukan nilai minimal tiap komponen. Jadi walaupun nilai overall band kita sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan, tapi salah satu komponen masih ada yang kurang maka akan tetap jadi masalah.


3.      Latihan Konsisten

Jika kita sudah mengatur waktu persiapan yang dibutuhkan serta sudah memetakan di mana kelebihan dan kekurangan kita, maka selanjutnya adalah belajar dan berlatih secara disiplin dan konsisten. Of course, it is easier said than done! But this is mandatory!

Tentu saja dalam prosesnya terkadang rasa malas, perasaan ingin menunda, lelah atau bahkan ingin menyerah datang mengganggu. Tetapi jika kita sudah punya keinginan dan tujuan jelas yang ingin dicapai, there will always an energy boost. Jika lelah, istirahat sebentar, then make sure you come back with the same, or even higher, spirit!

I believe that you don`t wanna miss that blossom flowers in spring, that summer breeze, that falling yellow autumn leaves, or that cold sweet winter by giving up on this one.

Winter in London (source: followmeaway.com)

Saya sudah menuliskan pengalaman pribadi saya, termasuk bagaimana saya mempersiapkan ujian IELTS saya di 2 tulisan saya sebelumnya yang mungkin bisa membantu.


4.      Membiasakan diri dengan teknis ujian

Setelah konsisten berlatih, jangan lupa untuk membiasakan diri dengan teknis pelaksanaan ujian agar tidak kaget saat tes sesungguhnya berlangsung. Ini juga tak kalah penting agar kita bisa lebih siap saat kita berada pada situasi tes yang sebenarnya.

Sebagai contoh, saat saya berlatih listening IELTS dulu, saya selalu berlatih menggunakan headset. Namun saat tes sesungguhnya berlangsung, ternyata ujiannya langsung mendengarkan dari radio. Hal ini hampir  menjadi titik kejatuhan saya karena saat ujian berlangsung, suara dan percakapan yang diperdengarkan menjadi lebih tidak jelas dibandingakan saat menggunakan headset. Oleh karena itu saya berpendapat jika membiasakan diri dengan teknis pelaksanaan ujian juga penting.


Jika mengambil persiapan IELTS melalui sebuah kursus atau lembaga belajar tertentu tidak menjadi kendala, maka tentu saja akan lebih baik lagi. Tetapi jika belajar otodidak adalah sebuah pilihan, maka semoga tulisan sederhana ini dapat sedikit membantu. Karena bagaimanapun, yang paling penting adalah kemauan keras untuk belajar. Kursus atau tidak hanya metode pembelajaran saja.

Namun, perlu digarisbawahi jika ini hanya berangkat dari pengalaman pribadi saja, sehingga mungkin tidak semua pas untuk diaplikasikan mentah-mentah ke tiap orang yang berbeda. But still, hope this helps!

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

A passionate medical doctor aiming to become forefront in medical practice, research and education.This blog is inteded to be a platform to share the beautiful and unforgetable journey in pursuing higher education abroad.

0 comments:

Post a Comment