My LPDP Story - Pengalaman Mengikuti Seleksi Administrasi LPDP

Dua cerita kegagalan dengan AAS dan Fulbright akhirnya membawa saya kepada LPDP. LPDP sebenarnya adalah beasiswa prioritas utama saya sejak awal bahkan saat saya masih jadi Koas. Saya sudah mengikuti perkembangan LPDP dari tahun ke tahun sehingga cukup paham mengenai persyaratan, alur pendaftaran dan mekanisme seleksinya yang cenderung berubah-ubah dari tahun ke tahun. Untungnya saya memilki beberapa teman dan kenalan yang sudah lebih dulu menjadi awardee LPDP sehingga saya bisa bertanya banyak ketika menemui kebingungan.

Sekarang LPDP boleh dibilang sebagai beasiswa yang paling prestisius, kompetitif, dan paling diburu di Indonesia. LPDP adalah wujud komitmen pemerintah untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin serta profesional masa depan Indonesia. Puluhan triliun rupiah dikucurkan tiap tahunnya untuk menyekolahkan putra-putri bangsa baik di dalam maupun ke luar negeri agar di masa depan negara kita memiliki sumber daya manusia yang siap bersaing secara global. So, if you think this country isn`t good enough yet, why don`t you take this chance?

Menurut saya pribadi dan berdasarkan pengalaman awardee LPDP yang lainnya, LPDP mencari orang-orang dengan track record pendidikan yang baik, punya riwayat kontribusi bagi masyarakat, punya kerendahan hati, future career plan yang jelas dan terukur serta memahami bagaimana strategi mencapai future goals-nya. Tentu saja seperti halnya beasiswa lainnya, LPDP juga akan mencari orang-orang yang punya potensi untuk berkontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara di masa depan. Yang tak kalah penting, LPDP juga mencari orang-orang dengan semangat nasionalisme dan rasa cinta tanah air yang kuat. Oleh karena itu, LPDP sejak dari awal meminta calon awardee-nya untuk menandatangani surat pernyataan bersedia akan kembali ke Indonesia saat selesai studi serta tidak pernah dan tidak akan terlibat dengan kegiataan-kegiatan atau organisasi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. 

Sebelum mendaftar LPDP (dan juga beasiswa lainnya), yang paling penting adalah meluruskan niat dan motivasi. Salah motivasi hanya akan membawa kita ke jalan yang salah. Keinginan untuk mendaftar LPDP harus diawali dengan kesadaran untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri agar kita memiliki kapabiltas untuk membuat Indonesia bisa dan mampu bersaing dengan negara-negara yang sudah lebih dulu maju dibandingkan negara kita. Keinginan untuk studi di luar negeri apalagi dengan skema beasiswa tidak boleh didasarkan pada keinginan untuk hanya sekedar berjalan-jalan atau liburan sambil belajar. Kalaupun akhirnya kita diberi kesempatan untuk jalan-jalan dan mengunjungi berbagai tempat di luar negeri, itu semua hanya bonus saja. Selain karena tuntutan perkuliahan di luar negeri lebih berat, kita juga harus ingat bahwa dana yang digunakan untuk membiayai LPDP berasal dari rakyat sehingga ada beban moril yang menuntut kita untuk mempertanggungjawabkannya sebaik mungkin. Untuk membiayai satu orang yang studi master di luar negeri, LPDP tidak tanggung-tanggung mengeluarkan dana hampir 1M. Oleh sebab itu, sudah selayaknya kita memberikan sesuatu untuk Indonesia sebagai bentuk return of investment melalui pendidikan yang kita tempuh. 

Saat awal-awal berdiri, kabarnya LPDP tidak memiliki kuota beasiswa. Tetapi karena tiap tahun jumlah pendaftar terus bertambah maka LPDP mulai mengenakan kuota. Hanya saja, jika dibandingkan dengan beasiswa lainnya, kuota LPDP jauh lebih banyak. Jumlahnya ribuan beasiswa tiap tahunnya. Namun harus diingat baik-baik bahwa LPDP tidak mengenakan sistem pemenuhan kuota tetapi menitikberatkan pada kualitas pendaftar. Jadi misalnya terdapat 1000 beasiswa yang tersedia dan yang mendaftar ada 700 orang, belum tentu 700 orang itu akan diterima semuanya menjadi awardee. Hanya yang dianggap layak yang akan diberikan beasiswa oleh LPDP sekalipun kuota beasiswa tidak terpenuhi. Maka dari itu, orang sering mengatakan bahwa mengejar beasiswa LPDP tidak hanya bersaing dengan pendaftar lainnya, tetapi juga dengan diri sendiri. 

Untuk tahun 2019, seleksi LPDP terbagi menjadi 3 tahap dengan berbagai jalur beasiswa. Tahap paling awal adalah administrasi atau seleksi berkas. Jika dibandingkan dengan beasiswa-beasiswa prestisius lainnya, bisa dibilang seleksi berkas LPDP jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan Fulbright, AAS, atau Chevening. Asalkan kita bisa mengumpulkan berkas seperti yang diminta oleh LPDP, maka kemungkinan besar kita akan lolos ke tahap selanjutnya. Namun, ujian yang lebih berat berada pada dua tahap seleksi berikutnya yaitu Seleksi Berbasis Komputer dan Seleksi Wawancara. Kedua tahap seleksi inilah yang paling banyak menggagalkan pendaftar beasiswa LPDP.

Kegagalan pada dua percobaan saya sebelumnya yang bahkan gagal di seleksi administrasi membuat saya berharap banyak agar diterima oleh LPDP. Sebenarnya untuk tahun 2019, saya juga menargetkan untuk mendaftar beasiswa Chevening jika seandainya LPDP juga berujung kegagalan. Saya sudah mulai menulis essay yang sudah diproofread sebelumnya untuk persiapan mendaftar Chevening. Tetapi berkaca pada kegagalan saya mendapatkan AAS dan Fulbright membuat saya berdoa dan berharap agar tidak perlu berurusan lagi dengan si Chevening nantinya karena sudah diterima LPDP. Dalam hati saya meyakini bahwa LPDP adalah kesempatan terbaik jika saya ingin kuliah ke luar negeri.

Saya mendaftar LPDP dari jalur beasiswa reguler. Ini saja sebenarnya sudah memperkecil peluang saya diterima karena alokasi beasiswa lebih diprioritaskan bagi pendaftar dari jalur afirmasi dan targetted group (PNS, TNI, Polri). Belum lagi passing grade jalur reguler yang lebih tinggi pada proses seleksi berbasis komputer maupun wawancara. Saya hanya terus berlajan maju dengan keyakinan dalam hati bahwa what`s meant to be yours, will always be yours.

Saya mengumpulkan persyaratan satu per satu dan mengunggahnya ke akun pendaftaran LPDP yang sudah saya buat. Perlu diingat bahwa persyaratan untuk tiap jalur beasiswa LPDP dapat berbeda-beda. Untuk tahun 2019, persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar master dari jalur reguler adalah :
- Ijazah dan transkrip
- Surat rekomendasi (dari atasan jika sudah bekerja)
- Letter of Acceptance (jika sudah ada)
- Hasil scan KTP
- Surat ijin atasan bagi yang sudah bekerja
- Surat pernyataan di atas materai 6000
- Surat keterangan sehat
- Surat bebas narkoba
- Surat bebas TBC (untuk pendaftar ke Luar Negeri)
- Sertifikat bahasa Inggris
- Rencana Studi
- Proposal Studi

Yang perlu diperhartikan dari seleksi berkas adalah semua dokumen harus sesuai dengan persyaratan yang diminta oleh LPDP baik dari  jumlah IPK minimal atau skor bahasa Inggris minimal yang dipersyaratkan. Jika tidak, maka jangankan diproses, aplikasi kita pun tidak akan bisa tersubmit. Kita juga hanya bisa memilih perguruan tinggi dan bidang studi yang ada dalam list LPDP dan tidak boleh mengajukan perpindahan perguruan tinggi tujuan jika seandainya tidak bisa mendapatkan LoA dari universitas tujuan awal kita. Selain itu format surat seperti surat rekomendasi harus sesuai dengan format surat yang sudah disediakan oleh LPDP.

Untuk seleksi tahun 2019, juga ada perubahan pada essay yang dipersyaratkan oleh pihak LPDP. Jika di tahun-tahun sebelumnya LPDP meminta essay dengan judul Sukses Terbesar dalam Hidupku, Kontribusiku Bagi Indonesia, dan sebuah rencana studi, maka di tahun 2019 essay hanya tinggal Rencana Studi dan Proposal Studi. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, kedua essay ini bukan hanya persyaratan administratif semata, tetapi juga menjadi tolak ukur sejauh mana kita memahami apa yang kita cari dan apakah kita memiliki visi yang jelas ke depannya. Essay juga menjadi dokumen penting untuk meyakinkan pihak LPDP bahwa jurusan dan bidang studi yang kita tawarkan memiliki urgensi dan dapat memberi kontribusi untuk pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Kita harus memberikan perhatian khusus pada kedua essay ini karena jika kita bisa mengelaborasikan tujuan, visi, dan urgensinya di masa depan, maka kita akan menjadi lebih siap dan tahu apa yang harus dilakukan jika seandainya diberi kesempatan lolos ke tahap wawancara. So my point is do your essays (and also the whole process) with passion and dedication. Give your best shots! 

Saya sangat beruntung memiliki mentor yang menggodok saya agar saya bisa menulis essay yang baik, terfokus, dan tajam baik dari segi grammar maupun substansi. Walaupun pada akhirnya saya masih harus banyak belajar, ini adalah salah satu proses pembelajaran terbaik yang saya alami selama mengejar beasiswa LPDP. Oleh karenanya, saya sendiri mengalami bahwa berkutat dengan essay membuat saya lebih terarah dan lebih memahami apa yang saya cari dan ke mana saya ingin melangkah ke depannya. Thanks to my mentors!

Saya mensubmit aplikasi saya dua hari sebelum deadline pendaftaran dengan maksud menghidari tingginya traffic server karena para deadliner yang mensubmit di detik-detik penutupan pendaftaran. Akan sayang sekali rasanya  jika mimpi terhenti hanya karena persoalan sepeleh seperti server down di hari akhir pendaftaran

Pengumuman seleksi berkas LPDP tahap 1 2019 yang saya ikuti dijadwalkan pada tanggal 14 Juni 2019. Pengumuman lolos atau tidaknya akan diumumkan lewat akun pendaftaran masing-masing peserta setelah sebelumnya dikirimkan notifikasi melalui SMS dan email. Setelah saya membuka akun pendaftaran saya, puji Tuhan saya masih diberi kesempatan untuk lolos ke tahap selanjutnya. Saya tentu saja senang tapi tidak boleh berlama-lama karena ujian yang lebih berat sudah menanti di depan mata. However, I am ready for the next round of my LPDP struggle.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

A passionate medical doctor aiming to become forefront in medical practice, research and education.This blog is inteded to be a platform to share the beautiful and unforgetable journey in pursuing higher education abroad.

0 comments:

Post a Comment