My Fulbright Story - Kegagalan Pertama Berburu Beasiswa

Mengejar beasiswa penuh untuk studi lanjut memang bukan hal yang mudah. Dibutuhkan ketekunan, dedikasi, mental kuat yang siap menerima kegagalan, serta perencanaan yang matang. Ada dua jenis orang dalam proses perburuan beasiswa. Yang pertama adalah orang yang memang hebat atau cukup beruntung untuk memperoleh beasiswa pada percobaan pertama. Sedangkan yang kedua, which is the most cases, adalah orang yang berhasil setelah berkali-kali gagal. Puji Tuhan, saya adalah orang yang berada di kategori kedua.

Fulbright adalah beasiswa pertama yang saya coba kejar. Sebenarnya beasiswa ini tidak ada dalam planning awal saya. Saya mendaftarkan diri untuk beasiswa Fulbright setelah melalui diskusi dengan Kak Muh. Nasir, salah satu dosen di FK Untad lulusan University of Birmingham. Beliau menyarankan agar saya tidak terfokus pada satu beasiswa saja karena di luar sana ada banyak sekali kesempatan dan kita tidak pernah tahu rejeki kita ada di mana. Jangan sampai hanya berfokus pada satu hal saja, tetapi ternyata rejeki kita ada di tempat lain. Saya setuju dengan saran Kak Nasir sehingga saya mencari sebanyak mungkin kesempatan yang bisa saya manfaatkan sehingga saya pun tidak melewatkan Fulbright begitu saja.

Apa itu Fulbright?
Fulbright adalah beasiswa penuh untuk jenjang pendidikan S2 dan S3 ke Amerika Serikat yang dikelolah oleh AMINEF (American Indonesian Exchange Foundation). Fulbright mengakomodir semua disiplin ilmu kecuali bidang ilmu kedokteran yang terkait penanganan pasien dan kontak klinis dengan pasien. Namun, walaupun termasuk sebagai beasiswa penuh, Fulbright mengenakan jumlah besaran uang beasiswa maksimum yang dialokasikan kepada masing-masing Fulbright Scholars (sebutan bagi pemenang beasiswa Fulbright) sehingga terkadang terdapat shortfall yang memaksa untuk nombok. Tetapi semua itu juga tergantung pada gaya hidup dan kemampuan kita mengatur finansial. Informasi lengkap terkait Fulbright dapat dibaca di websitenya.

Secara umum, Fulbright mencari kandidat dengan track record academik yang baik pada jenjang pendidikan sebelumnya (IPK minimal 3.00), memiliki kualitas leadership yang baik dan terlibat dalam pelayanan masyarkat serta berkomitmen untuk kembali ke negara asal setelah studi selesai. Pendaftaran Fulbright biasanya dibuka di awal tahun dengan deadline pada pertengahan bulan Februari tiap tahunnya. Secara umum, dokumen yang harus disiapkan untuk mendaftar beasiswa ini antara lain:
1. Form pendaftaran
Form ini dapat diunduh dari situs aminef yang berisikan data diri, riwayat pendidikan dan pekerjaan, bidang ilmu dan universitas yang dituju, scholastic distinction, riwayat keterlibatan dalam kegiatan sosial dan masyarakat, publikasi, nilai sertifikat kemampuan bahasa Inggris serta beberapa informasi lainnya.
2. Study objective
Dokumen ini adalah essay yang tidak boleh lebih dari satu halaman. Essay ini harus menjelaskan dengan rinci tujuan kita ingin melanjutkan studi ke Amerika serta alasan kita memilih bidang studi dan universitas dan kesesuaiannya dengan pendidikan atau pengalaman kerja kita sebelumnya.
3. Surat rekomendasi / Letter of Reference
Fulbright mengharuskan kita untuk memasukkan dua buah surat rekomendasi yang format suratnya juga dapat diunduh dari website resmi aminef. Saya meminta rekomendasi kepada dekan saya dan juga salah satu dosen yang kenal baik dengan saya yang juga pernah membimbing saya dalam sebuah karya ilmiah sewaktu kuliah dulu.
4. Ijazah dan Transkrip
Ijazah dan transkrip juga harus dimasukkan pada saat proses aplikasi. Jika ijazah dan transkrip belum dalam bahasa Inggris, kita diharuskan juga untuk menyertakan terjemahan dokumen tersebut dalam bahasa Inggris setelah diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah. Untungnya Universitas Tadulako sudah mengeluarkan ijazah dengan format bilingual sehingga tidak perlu repot-repot untuk menerjemahkannya lagi
5. Sertifikat kemampuan bahasa Inggris
Pada saat pendaftaran awal, kita dapat memasukkan sertifikat bahasa Inggris baik TOEFL maupun IELTS. Pada tahap awal pendaftaran, kita masih boleh menggunakan sertifikat TOEFL ITP. Tetapi jika kita lolos ke tahap selanjutnya, kita akan diharuskan untuk mengambil tes TOEFL iBT dan GRE/GMAT. Tapi tidak usah khawatir. Jika kita lolos ke tahap interview dan tes TOEFL iBT dan GRE/GMAT, ongkos untuk tesnya serta transportasi ke tempat tes akan ditanggung oleh pihak AMINEF. Saat itu, saya mendaftar menggunakan IELTS karena sertifikat saya baru saja keluar satu minggu sebelumnya. Nilai minimum yang dibutuhkan untuk tahap administrasi adalah IELTS 6.5 atau TOEFL ITP 550.
6. Kartu identitas
Pada dokumen ini kita dapat memasukkan KTP atau Passport
7. Curriculum Vitae
8. SK Pengangkatan (untuk PNS)
Bagian ini sifatnya opsional. Jika bukan PNS maka bagian ini dapat diabaikan.
Salah satu keunikan dari beasiswa ini adalah aplikasinya tidak dilakukan secara online seperti beasiswa lain pada umumnya. Semua dokumen di atas harus dikirimkan langsung ke alamat sekretariat AMINEF di Jakarta via pos. Biasanya deadline untuk pengiriman berkas adalah sekitar tanggal 15 Februari cap pos. Namun pada tahun 2019, aplikasi diperpanjang sampai awal Maret 2019. Dokumen-dokumen seperti ijazah, transkrip, kartu identitas, dan sertifikat bahasa Inggris harus merupakan salinan dokumen yang sudah dilegalisir (certified copies) oleh institusi yang menerbitkan atau oleh notaris. Sertifikat IELTS saya dilegalisir oleh notaris, sedangkan ijazah, transkrip, serta paspor dilegalisir oleh institusi yang menerbitkannya.

Singkat cerita setelah saya melengkapi semua dokumen yang dibutuhkan, saya langsung mengirimkan dokumen saya ke alamat sekretariat AMINEF. Selanjutnya adalah tinggal menanti apakah lolos ke tahap wawancara serta tes TOEFL iBT dan GRE/GMAT ataukah gagal hanya sampai di tahap administrasi. Jika sesuai timeline Fulbright, maka hasil seleksi administrasi akan diumumkan sekitaran bulan April 2019.

Yang kurang mengenakkan dari beasiswa Fulbright ini adalah hanya yang lolos seleksilah yang akan dikabari lewat email, sedangkan kandidat yang gagal tidak akan mendapat email atau pemberitahuan apa-apa. Email konfirmasi kegagalan baru akan kita dapatkan sekitar 4 atau 5 bulan kemudian justru saat kita sudah bisa move on dari kegagalan. Jadi jika tidak menerima email saat hari pengumaman tiba, mohon sadar diri bahwa Anda sudah gagal. Hahaha

Biasanya para scholarship hunter akan membuat grup telegram untuk saling bertukar informasi dan pengalaman serta saling menguatkan, menghibur, dan meratapi nasib bagi sesama kandidat yang gagal. Haha. Pengumuman administrasi untuk daerah Makassar dan sekitarnya adalah tanggal 10 April 2019. Saya menghubungi aplikan lain apakah sudah mendapat email atau belum. Bahkan saya beberapa kali menghubungi sekretariat AMINEF untuk memastikan informasi. Ketika salah seorang kandidat mengirimkan hasil screenschoot email di grup telegram yang menyatakan dia lolos ke tahap selanjutnya, dan di saat yang bersamaan tidak ada email baru yang masuk ke inbox, saya sudah bisa mengira-ngira bahwa saya sudah gagal. Antara sudah menerima kenyataan dan  masih tetap berharap, saya mencoba sekali lagi menghubungi sekretariat AMINEF via telepon untuk menanyakan apakah kandidat untuk regio Makassar dan sekitarnya sudah diumumkan. Ketika customer service mengkonfirmasi bahwa kandidat yang lolos sudah diumumkan, di saat itu juga saya sudah bisa memastikan bahwa percobaan saya melamar beasiswa Fulbright sudah tutup buku. Ya, saya gagal! My first attempt was a failure. But life must go on. AAS dan LPDP sudah di depan mata. Saya tidak berjodoh dengan Fulbright. Jalan saya bukan ke Amerika. Saya hanya meyakini bahwa rejeki saya ada di tempat lain.

Email kegagalan saya baru saya dapatkan tanggal 9 Agustus 2019, saat saya sudah melupakan semua tentang Fulbright dan mecoba peruntungan dengan beasiswa yang lainnya. Setelah saya merenungi di mana letak kegagalan saya, saya menyimpulkan bahwa memang saya masih jauh dari kata maksimal. Mungkin karena ini adalah percobaan pertama saya. Ketika saya melihat kembali dokumen saya, memang formulir aplikasi saya masih perlu banyak perbaikan. Saya mengisinya seolah hanya ala kadarnya saja. Masih banyak kualitas diri yang harus saya tingkatkan. Study plan saya masih harus saya pertajam. Yang harus diingat adalah pelamar beasiswa itu sangat banyak. Jumlahnya ribuan. Akan ada jauh lebih banyak yang gagal dibandingkan yang berhasil. Oleh karena itu, satu hal yang saya pelajari adalah kita harus mengusahakan dan mengeksplore diri sendiri agar diri kita terlihat outstanding dibanding ribuan aplikan lainnya. Dokumen-dokumen yang kita kirimkan adalah cerminan kualitas diri kita sehingga memang tidak boleh dipersiapkan setengah-setengah.

Untuk teman-teman yang memiliki mimpi untuk melihat dunia di luar sana, ada banyak sekali kesempatan yang tersedia. Hanya saja memang harus ditukar dengan perjuangan yang tidak mudah. Nothing worth having comes easy. Oleh karenanya, jika ingin melanjutkan studi dengan skema beasiswa Fulbright, saya hanya dapat menyarankan persiapkan semuanya dengan baik. Untuk yang masih kuliah, usahakan menjaga performa akademik yang baik, bina kemampuan dan skill leadership, libatkan diri dalam aktivitas-aktivitas sosial, dan timbulkan semangat nasionalisme untuk memperbaiki negara ini jika nantinya diberi kesempatan untuk sekolah dengan beasiswa.

Akan selalu ada jalan bagi mereka yang tidak menyerah karena kegagalan. Kegagalan adalah kesempatan untuk mengenali diri lebih baik lagi dan memperbaiki apa yang masih kurang. Ketika satu pintu tertutup, akan ada pintu-pintu kesempatan lain yang dibukakan. See you later with another scholarship story!

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

A passionate medical doctor aiming to become forefront in medical practice, research and education.This blog is inteded to be a platform to share the beautiful and unforgetable journey in pursuing higher education abroad.

5 comments:

  1. Kakk permisi mau tanyaa..
    Kalau apply beasiswa fulbright harus menyertakan sertifikat keorganisasian?
    Terkait dengan leadership yg kaka bilang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak perlu. Dokumen yg dibutuhkan seperti yg sdh sy tuliskan di blog ini. Sya rasa leadership itu bisa dilihat salah satunya dari CV, personal statement, smpai isi surat rekomendasi.

      Delete
  2. Permisi kak mau tanya, IPK mempengaruhi tidak ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sejauh yang saya ketahui, IPK pasti jadi salah satu pertimbangan walaupun bukan satu2nya indikator

      Delete
  3. hai mau tanya, apakah untuk mendaftar fulbright harus punya jurnal atau penelitian terlebih dahulu? thanks

    ReplyDelete