My LPDP Story - Pengalaman Menghadapi dan Tips SBK LPDP 2019

Setelah berhasil melalui tahap administrasi, tembok kedua yang harus dihadapi dalam proses seleksi beasiswa LPDP adalah Seleksi Berbasis Komputer (SBK). Model seleksi ini tergolong baru karena pertama kali diterapkan pada tahun 2018. Seleksi ini diadakan atas kerja sama LPDP dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang terdiri dari tiga komponen yaitu Tes Potensi Akademik (TPA), Soft Competency atau Tes Karakter Kepribadian (TKK), dan Essay on The Spot (EOTS).

Walaupun seleksi SBK LPDP terdiri dari tiga komponen, tetapi penentuan kelulusan peserta ditentukan dari hasil skor TPA. Terus terang saya sendiri tidak begitu mengetahui di mana posisi dan pertimbangan apa yang diberikan dari hasil TKK dan EOTS dalam menentukan kelulusan peserta dalam proses seleksi ini karena memang tidak dijelaskan baik dalam booklet maupun website LPDP. Saya sempat mendengar dan membaca di berbagai sumber yang mengatakan tingkat kesulitan soal TPA LPDP satu atau dua tingkat di atas soal TPA CPNS. Tetapi sekali lagi saya tidak bisa memberikan gambaran yang riil karena saya sendiri belum pernah menghadapi tes TPA CPNS sehingga tidak bisa memberikan perbandingan.

Mengingat penentuan kelulusan ditentukan dari nilai TPA, maka sebagian waktu belajar saya dialokasikan untuk belajar mengenai TPA, terutama numerik dan analitik yang menurut saya adalah titik terlemah saya. Saya beranggapan bahwa sebaik apapun essay yang kita tulis atau walaupun kita memperoleh nilai sempurna pada Tes Kepribadian tetapi salah satu nomor saja di bawah passing grade TPA yang ditentukan, maka tetap saja judul akhirnya adalah tidak lulus. Tetapi ini juga bukan berarti mengabaikan sama sekali TKK dan EOTS.

Tahapan SBK ini juga menjadi tantangan besar buat saya. Hal ini juga tidak lepas dari fakta bahwa terakhir kali saya berhadapan dengan TPA adalah ketika ujian SNMPTN 7 tahun lalu. Setelahnya, saya tidak pernah lagi berhubungan dengan yang namanya artimatika, deret bilangan, logika matematika, silogisme dan lain sebagainya. Di tahun sebelumnya, sebagian besar peserta tersingkir di tahap SBK. Oleh karenanya, saya menyarankan walaupun hasil pengumuman administrasi belum diumumkan, mulailah untuk mempersiapkan dan memfamiliarkan diri dengan soal-soal TPA. Tidak ada cara terbaik belajar TPA selain tekun berlatih dan terbiasa menghadapi sebanyak mungkin berbagai varian soal.

Saya sendiri belajar melalui buku TPA OTO Bappenas yang diterbitkan oleh Genta Publishing. Ini bukan endorse ya, tapi menurut saya tingkat kesulitan dalam buku ini memang cukup tinggi sehingga bagus dijadikan acuan. Kalau bisa dan sempat belajar dari sebanyak mungkin sumber akan lebih baik lagi. 
Buku TPA OTO Bappenas dari Genta

Saya mengikuti ujian SBK ini di Kanreg IV BKN Makassar di daerah Daya Kota Makassar. Untuk peserta dari kota Makassar sendiri dijadwalkan untuk mengikuti SBK pada tanggal 1-2 Juli 2019. Sebelumnya pada tanggal 27 Juni 2019 undangan mengikuti seleksi beserta waktu ujian masing-masing peserta akan diinfokan melalui email masing-masing peserta. Jadi peserta hanya perlu datang sesuai waktu (hari dan jam) yang telah ditentukan pada undangan dan daftar peserta ujian. Perlu diingat jika pada tahap SBK ini dan juga wawancara nantinya, biaya akomodasi dan transportasi ke lokasi tes tidak ditanggung oleh LPDP.
Undangan Mengikuti SBK


Saya sendiri mendapatkan jadwal ujian pada hari pertama dengan waktu ujian pukul 08.00-10.30 WITA tetapi peserta diwajibkan hadir paling lama satu jam sebelumnya karena akan ada briefing dan verifikasi peserta terlebih dulu. Sehari sebelum ujian LPDP akan kembali mengingatkan tata tertib ujian melalui SMS.

Karena saya tidak mau terlambat dan terburu-buru, maka saya datang lebih awal karena tempat saya menginap berada cukup jauh dari lokasi tes. Berkst pertolongan abang Grab, sebelum jam 6 saya sudah tiba di lokasi tes. Saya adalah orang pertama yang tiba di lokasi tes waktu itu. Tak lama kemudian, satu per satu peserta berdatangan. Sambil menunggu waktu tes, saya berbincang-bincang dan berkenalan dengan sesama peserta ujian hari itu. Pada saat sekitar pukul 7.00 pagi panitia memulai briefing dan menjelaskan teknis pelaksanaan tes. Setelah itu, peserta yang waktu itu diwajibkan berpakaian kemeja putih, celana hitam polos, dan bersepatu (model sepatu tidak ditentukan) serta jilbab hitam (bagi yang berjilbab) masuk satu per satu ke ruang verifikasi dengan memperlihatkan kartu tes dan tanda pengenal lalu kemudian akan diberikan cap verifikasi pada kartu peserta dan punggung tangan serta kode soal yang nantinya akan diinput di komputer saat log in. Selanjutnya, peserta akan masuk ke dalam ruang tunggu dan menyimpan semua barang bawaan di dalam loker. Tidak ada satu barang pun yang boleh dibawa masuk ke ruang ujian selain kartu tes, KTP, dan kunci loker.
Kartu Peserta yang Sudah Distempel Verifikasi


Tes Potensi Akademik (TPA)
Singkat cerita ujian SBK dimulai dengan TPA yang terdiri dari 60 soal dengan sebaran 30 soal verbal, 15 soal numerik, dan 15 analitik. Tiap soal bernilai 5 sehingga total skor tertinggi adalah 300. Ke 60 soal ini harus diselesaikan dalam 90 menit. Di ruangan ujian kita akan disediakan pensil, rautan dan kertas. Perlu diingat bahwa tiap peserta dapat mengerjakan soal-soal yang berbeda. Ini saya bisa simpulkan karena setelah ujian dan berdiskusi dengan sesama peserta, mereka mengerjakan soal yang tidak saya dapatkan dan begitu juga sebaliknya. Saat berdiskusi di telegram pun kesimpulannya sama bahwa tiap peserta mengerjakan soal yang berbeda-beda. Saya mengerjakan soal verbal terlebih dulu karena menurut saya lebih mudah dan tidak butuh waktu lama terutama untuk soal sinonim, antonim, dan padanan kata. Pada soal verbal seingat saya juga ada soal yang terdiri dari bacaan yang mengisntruksikan menentukan ide pokok dan soal sejenisnya. Untuk numerik sendiri memang menurut saya cukup sulit. Mungkin karena memang saya tidak terlalu kuat dalam hal matematika. Soal hitungan atau aritmatika cenderung diselesaikan dalam dua atau tiga langkah sehingga memang harus sabar dan teliti. Untung saja, ada sekitar 5 soal deret bilangan yang bisa saya kerjakan dengan cukup yakin. Tapi tetap saja ada beberapa soal yang tidak bisa saya kerjakan walaupun sudah berulang kali saya hitung. Seingat saya waktu itu ada soal persamaan garis lurus yang saya tidak tahu sama sekali rumusnya. Lebih mengintimidasi lagi ketiga saya melihat layar komputer peserta ujian di sebelah saya yang sudah mengerjakan banyak soal. Nomor-nomor soalnya sudah banyak yang berwarna hijau (sudah dikerjakan) sedangkan saya masih banyak yang kosong.

Untuk soal analitik juga cukup sulit menurut saya. Ada banyak soal logika matematika seperti silogisme. Untungnya saya cukup bisa mengerjakan soal-soal jenis ini dengan baik karena memang banyak saya latih selama masa persiapan menghadapi SBK. Yang sulit adalah jenis-jenis soal dengan model penalaran. Misalnya jika A duduk disebelah C dan E tidak boleh bersebelahan dengan B dan seterusnya. Buat saya, untuk mengerjakan jenis soal seperti ini membutuhkan konsentrasi dan penalaran yang sudah terlatih dengan banyak model soal. Saya sendiri selama ujian cukup kewalahan dengan model soal penalaran seperti ini.

Menjelang berakhirnya waktu tes TPA, saya masih mengosongkan beberapa soal. Di saat yang sama peserta di sebelah saya ada yang sudah selesai dan duduk santai bahkan ada yang sudah mensubmit ujiannya dan menunggu masuk ke ujian TKP padahal waktu ujian masih tersisa beberapa menit. Ini cukup memecah konsentrasi saya. Akhirnya karena sudah pasrah dan memang otak sudah buntu, soal yang masih kosong terpaksa saya jawab dengan metode tebak-tebak berhadiah lalu kemudian disubmit. Setelah disubmit, skor TPA kita akan langsung muncul di layar monitor.

Soft Competency / Tes Karakter Kepribadian
Selanjutnya adalah Tes Karakter Kepribadian. Soal ini berjumlah 60 soal dan dikerjakan dalam waktu 30 menit saja. Terus terang selama masa persiapan menghadapi SBK, saya hampir tidak pernah mempelajari mengenai tes ini termasuk contoh-contoh soalnya. Alasannya karena soal ini memang tidak butuh penalaran dan hitung-hitungan yang rumit. Kita hanya perlu menjawabnya sejujur-jujurnya sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri kita. Soal-soal ini memang menitikberatkan pada kepribadian serta karakter. Contoh soalnya misalnya “jika Anda melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan prosedur yang dilakukan oleh teman Anda di tempat kerja, apa yang akan Anda lakukan?” Pilihannya dapat berupa A. Menegurnya langsung karena itu tindakan yang salah, B. Membiarkannya saja karena tidak mengganggu dan merugikan saya dan orang lain, C. Memberitahukan apa yang dilakukannya pada atasan, dan seterusnya. Menurut saya memang untuk soal seperti ini sulit untuk menilai mana yang benar dan mana yang salah karena tiap orang punya preferensi yang sangat mungkin tidak akan sama. Hanya saja, menurut pengamatan pribadi saya, “mungkin” pihak LPDP selain ingin menilai integritas, mereka mungkin juga ingin melihat konsistensi jawaban karena menurut pengamatan saya ada beberapa dan cenderung cukup banyak soal yang substansinya berulang hanya saja disajikan dalam narasi kalimat yang berbeda. Tapi perlu digarisbawahi, ini hanya analisa pribadi saya yang tentu saja sangat mungkin keliru.

Khusus untuk seleksi tahun 2019, nilai ujian soft competency tidak ditampilkan sperti halnya pada tahun 2018.

Essay On The Spot
Yang terakhir adalah Essay on The Spot. Ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam proses seleksi LPDP. Tes ini sebenarnya bertujuan untuk menilai kepekaan kita terhadap isu-isu penting yang terjadi terutama di Indonesia serta bagaimana kemampuan kita menganalisa, menentukan standing position, dan memberikan alternatif solusi yang masuk akal. Tentu saja akan sangat baik jika disertai dengan data-data aktual. Untuk peserta tujuan luar negeri, maka diharuskan menulis essay dalam bahasa Inggris. Secara teknis, EOTS sangat mirip dengan tes Writing Task 2 IELTS. Hanya saja tidak ada instruksi khusus jumlah minimal kata dan waktunya hanya 30 menit.

Pada bagian ini, terlebih dulu akan ditampilkan narasi berisi latar belakang permasalah dan kemudian kita akan dimintai pendapat serta justifikasi logis atas pendapat yang kita kemukakan. Saya sangat beruntung karena topik saya adalah mengenai defisit BPJS. Permasalahan yang saya temui tiap hari sebagai dokter sehingga saya dapat memberikan banyak komentar mengenai topik ini.

Pada tahapan tes EOTS, ruangan tes akan sangat ribut oleh suara ketikan keyboard masing-masing peserta. Apalagi jika ada peserta yang sangat bersemangat dan mengentik dengan kecepatan tinggi. Hahah. Ini bagi sebagian orang mungkin bisa cukup mengganggu. Jadi usahakan agar tetap fokus mengelaborasikan pikiran-pikiran kita ke dalam essay yang kita tulis. 

Selain BPJS, topik lain dapat berupa dana desa, sistem zonasi sekolah, dan lain sebagainya. Sehingga sangat mungkin kita akan mendapatkan topik yang tidak sesuai dengan bidang keahlian kita. Oleh karena itu, sebaiknya kita juga sering mengikuti perkembangan permasalahan-permasalahan umum yang terjadi di Indonesia karena tiap seleksi topiknya bisa saja berbeda tergantung isu  apa yang lagi hangat-hangatnya. Oleh karena itu, kita sebaiknya up to date dengan isu-isu terkini baik di level nasional maupun di dunia internasional.

Setelah semua rangkaian tes SBK selesai, hasil TPA akan langsung ditempel di papan pengumuman. Oleh karena itu kita akan mengetaui nilai keseluruhan dan nilai per komponennya (verbal, numerik, dan analitik). Saya sendiri memperoleh nilai 200 atau benar 40 dari 60 soal. Saya berada di peringkat ke 9 dari jalur reguler untuk lokasi tes Makassar hari pertama sesi 1. Nilai tertinggi saat itu adalah 260 untuk reguler, sedangkan afirmasi dan targetted group nilai tertinggi adalah 250. Dengan hasil ini saya antara lega dan tidak karena Passing Grade untuk beasiswa reguler tujuan Luar Negeri tahun 2018 adalah 195. Jika passing grade tahun ini sama, maka saya akan lolos. Tetapi setelah semua kota selesai melaksanakan SBK ada banyak sekali peserta terutama di pulau Jawa dengan nilai di atas 200 sehingga ada kekhawatiran bahwa Passing Grade akan dinaikkan. 

Pengumuman hasil seleksi SBK tahap 1 2019 dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2019 sekitar jam 8 malam waktu Indonesia tengah. Ketika notifikasi masuk ke email, saya sebenarnya masih diliputi ketakutan gagall melangkah ke tahap wawancara karena nilai yang masih belum terlalu aman. Untungnya, saya masih diberi kesempatan untuk lolos ke tahap berikutnya karena Passing Grade jalur reguler tujuan LN ternyata masih sama dengan tahun lalu. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peserta sendiri melalui grup telegram, passing grade untuk tahun 2019 untuk seleksi LPDP tahap 1 adalah:
A. Dalam Negeri
Reguler : 180
Afirmasi dan Targetted Group: 150

B. Luar Negeri
Reguler : 195
Afirmasi  : 155
Targetted Group : 150


Berdasarkan pengalaman saya, tips yang dapat saya berikan untuk menghadapi SBK adalah :
- Perbanyak latihan soal. Ini adalah syarat yang tidak bisa ditawar-tawar. Usahakan sudah memulai mempersiapkan ujian SBK sedini mungkin bahkan sebelum hasil seleksi administrasi diumumkan

- Kenali di mana letak kekuatan dan kekurangan dari ketiga komponen TPA (Verbal, Numerik, dan Analitik). Berikan porsi latihan lebih besar pada komponen yang dirasa masih lemah tanpa mengabaikan komponen yang lebih kita kuasai

- Malam sebelum ujian, pastikan semua berkas dan keperluan sudah disiapkan seperti KTP, kartu peserta, dan pakaian sesuai persyaratan LPDP.

- Sering-seringlah mengikuti diskusi soal yang bisa dilakukan di grup-grup telegram dan bertanyalah jika ada yang tidak diketahu

- Perbanyak membaca berita atau berdiskui mengenai topik atau isu kebangsaan terkini. Serta berusaha untuk memikirkan solusi-solusi yang dapat ditawarkan karena pengalaman saya soal  EOTS SBK tidak hanya memaparkan masalah tapi juga menanyakan solusi atau jalan keluar yang dapat kita tawarkan

- Datanglah lebih awal ke lokasi tes supaya bisa menyesuaikan diri dengan atmosfer di tempat ujian, terutama yang belum familiar dengan lokasi ujian

- Jangan melewatkan sarapan walaupun mendapat jadwal sesi ujian pagi agar bisa tetap berkonsetrasi saat ujian

- Jangan pedulikan peserta di samping kiri kanan depan belakang saat ujian berlangsung. Jangan sampai terintimidasi walaupun mereka sudah selesai duluan dan kita masih memiliki beberapa soal untuk dikerjakan. Tetap tenang jika masih ada waktu. Gunakan sebaik mungkin kesempatan yang ada. Ingat, satu nomor soal dapat sangat menentukan apakah kita lolos ke tahap selanjutnya ataukah sebaliknya.

- Untuk soft competency,  jawab dengan sejujur-jujurnya, apa adanya, dan juga konsisten

Give your best shot! Berdasarkan pengalaman dari dua tahun terakhir pelaksanaan tes SBK, banyak sekali yang jatuh di tes TPA. Sebagai gambaran, untuk seleksi LPDP tahap 1 tahun 2019, peserta SBK di Jakarta lebih dari 1000 orang tapi yang lolos SBK kabarnya hanya 300an orang saja.

- Perbanyak doa dan minta doa serta dukungan dari orang tua. Ini adalah hal yang sederhana tapi ampuh. Di balik setiap kesuksesan, selalu terselip doa kedua orang tua sehingga hal ini tidak boleh disepelekan.

Akhirnya, selamat berjuang para calon pemimpin masa depan Indonesia!! 

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

A passionate medical doctor aiming to become forefront in medical practice, research and education.This blog is inteded to be a platform to share the beautiful and unforgetable journey in pursuing higher education abroad.

3 comments:

  1. Nemu blog ini pas nyari tentang beasiswa S2. Thanks for sharing, your blog is inspiring =)

    ReplyDelete
  2. Kak, kalau skornya pas 150 gimana? Pas dipassing gradenya. Saya jalur afirmasi. Mohon jawabannya ya kak, terimakasih. Email: arum.redmi2@gmail.com

    ReplyDelete