My LoA Story - Akhirnya Saya Mendapatkan LoA

Setelah semua persyaratan berhasil saya selesaikan, akhirnya saya mulai mendaftarkan diri saya ke berbagai universitas. Saya menyelesaikan semua proses pendaftaran saya di sebuah warnet di kota Palu di sekitaran jalan Setia Budi. Saya menghabiskan waktu berjam-jam dari siang sampai malam selama beberapa hari mengisi form aplikasi dan dokumen sampai penjaga warnet menghapal mati wajah saya karena berjam-jam tidak beranjak dari tempat duduk.

Umumnya, pendaftaran memang dilakukan secara online dengan cara membuat akun pribadi di website universitas tujuan kita. Jika pendaftaran kita selesai, maka kita tinggal menunggu hasilnya lewat notifikasi yang masuk ke email pribadi kita. Hasilnya bisa dua, ditolak atau diterima. Jika kita diterima, maka kita akan diberikan Letter of Acceptance (LoA) atau terkadang juga disebut Letter of Offer. LoA adalah sebuah surat yang menyatakan bahwa kita telah diterima oleh universitas tersebut. Perlu juga diketahui bahwa LoA ada dua jenis, LoA unconditional dan conditional. Jika kita telah mendapat LoA yang sifatnya unconditional, maka kita telah dianggap memenuhi segala persyaratan untuk diterima di universitas tersebut. Sedangkan jika LoA sifatnya conditional berarti kita akan diterima dengan catatan harus memenuhi beberapa syarat terlebih dulu. Sebagai contoh, LoA conditional biasanya didapatkan ketika seseorang mendaftar tapi ijazahnya belum diterbitkan atau nilai bahasa Inggrisnya di bawah standar yang ditetapkan. Agar LoAnya berganti menjadi unconditional, maka dia harus mengunggah ijazahnya terlebih dahulu atau mengunggah sertifikat bahasa Inggris terbaru yang nilainya telah memenuhi persyaratan karena hanya LoA unconditional-lah yang nantinya bisa dipakai masuk universitas.

Langkah selanjutnya setelah mendapat LoA adalah merespon offer tersebut. Respon kita bisa menerima (accept) atau bahkan menolak (decline) jika akhirnya kita berubah pikiran atau mungkin kita juga diterima di universitas lain yang lebih kita prioritaskan. Kadang kita memiliki opsi ketiga yaitu deffer. Opsi ketiga inilah yang saya jalankan. Deffer artinya kita meminta ke pihak universitas agar perkuliahan kita dimundurkan ke tahun ajaran selanjutnya. Saya sendiri melakukan deffer karena saya memang targetnya berkuliah di tahun 2020, karena tahun 2019 saya masih harus berburu beasiswa. Namun, tidak semua universitas membolehkan kita melakukan deffer dan mengharuskan kita untuk mendaftar lagi tahun depannya.


Akhirnya yang dinanti-nanti pun tiba. Hanya sehari setelah saya menyelesaikan semua proses aplikasi saya, sebuah email masuk ke inbox saya pada tanggal 14 Februari 2018 sekitaran pukul 01.00 dini hari atau masih tanggal 13 Februari 2018 sore hari waktu UK. Email tersebut tertulis berasal dari mycampus-admissions dengan subjek Offer Notification from the University..... (karena saya buka lewat HP, maka tidak kelihatan seluruhnya). Setelah saya buka, yang nampak pertama adalah logo University of Glasgow yang di bawahnya bertuliskan Dear Mr Fistra Janrio Tandirerung. I am delighted to inform you that the University of Glasgow is making you an Uncondtional offer for admission to the above programme.

Ternyata itu adalah LoA unconditional. Saya benar-benar tidak menyangka bahwa yang pertama merespon adalah University of Glasgow (UoG). Bahkan hanya berselang sehari saja setelah saya mensubmit aplikasi saya (umumnya sekitar 2-4 minggu). Terlebih karena ketika saya mengisi form aplikasi, Universitas Tadulako tidak muncul dalam list universitas asal Indonesia sehingga saya harus mengetik manual. Saya khawatir nasib saya akan sama dengan beberapa orang yang ditolak UoG karena universitas asalnya tidak ada dalam list UoG. Namun, ternyata Tuhan menjawab doa saya.
 Hanya berselang sehari setelah menerima offer dari UoG, saya kemudian mendapat email masuk dari Pgadmissions dengan subjek Offer of admission from the Universit... Ternyata email tersebut juga berisikan unconditional offer dari University of Aberdeen, yang juga salah satu universitas di Skotlandia. Puji Tuhan!!
 Waktu berganti, email pun bergantian masuk ke dalam inbox saya sampai beberapa minggu kemudian. Puji Tuhan, semuanya berisi LoA dari semua universitas yang saya daftari. Namun, tidak semuanya adalah LoA unconditional seperti University of Edinburgh, University of Bristol, dan University of  York. Untuk University of Edinburgh, sebenarnya semua persyaratan sudah saya penuhi, hanya saja kita baru akan diberikan LoA unconditional jika kita sudah membayar sejumlah deposit terlebih dulu, kalau tidak salah senilai GBP 1000. Sedangkan University of Bristol mengharuskan untuk memasukkan bukti telah melakukan vaksinasi Hepatitis B karena jurusan tujuan saya akan melakukan workshop di salah satu rumah sakit di kota Bristol, Inggris sehingga diharuskan sudah divaksinasi Hepatitis B terlebih dahulu. Untuk University of York sebenarnya saya tidak menyelesaikan aplikasinya karena saya sudah diterima di beberapa universitas lain sehingga perekomendasi saya belum memasukkan reference letter ke bagian admission Hull York Medical School (HYMS). Namun ternyata HYMS tetap memberikan saya conditional offer on reference letter. Puji Tuhan !

Yang menarik adalah beberapa universitas seperti University of Sheffield dan University of Edinburgh juga mengirimkan surat ucapan selamat langsung ke alamat rumah saya. Yah walapun tinggal di kampung, setidaknya pernah dapat kiriman langsung dari Inggris dan ibu kota Skotlandia. Hahaha
Offer/LoA terakhir yang saya dapatkan adalah dari University College London (UCL), salah satu universitas terkemuka di tengah kota London. Menurut QS World University Ranking 2020, UCL adalah universitas ranking 8 dunia dan ketiga di United Kingdom setelah University of Oxford dan Cambridge. UCL adalah satu-satunya Universitas yang saya daftari yang mengenakan application fee sebanyak 75 pundsterling (sekitaran 1,4 juta) yang harus dibayarkan lewat credit card sebelum aplikasi kita diproses. Untuk membayar app fee-nya, saya harus meminta tolong kepada paman saya untuk membayarkan biaya pendaftarannya dan nanti akan saya ganti (karena saya tidak punya kartu kredit). Namun karena paman saya baik hati jadi saya tidak perlu mengganti uangnya. Haha
Setelah saya mendapat semua LoA (yang di luar ekspektasi saya), saya menghubungi pihak universitas untuk melakukan deffer karena saya ingin menggunakan LoA saya untuk berburu beasiswa. Sebenarnya sebagian besar penyedia beasiswa tidak mengharuskan kita memiliki LoA terlebih dulu, tetapi saya ingin berusaha semaksimal mungkin dengan memiliki LoA sebelum berburu beasiswa karena menurut saya, memilki LoA adalah salah satu bentuk keseriusan kita. Sayangnya setelah saya berkirim email dengan programme directornya, University of Edinburgh tidak membolehkan dilakukannya deffer. Apa boleh buat. Untungnya, University of Edinburgh bukan prioritas saya walaupun UoE termasuk universitas terkemuka dan Edinburgh city dan juga Glasgow merupakan salah satu kota terindah di dunia yang ingin saya datangi suatu saat nanti. Tetapi apapun itu, tujuan studi adalah prioritas di atas segalanya. Dengan LoA di tangan, saatnya masuk ke dalam tahap selanjutnya yang lebih berat dan butuh perjuangan, Scholarship hunting.



Share this:

ABOUT THE AUTHOR

A passionate medical doctor aiming to become forefront in medical practice, research and education.This blog is inteded to be a platform to share the beautiful and unforgetable journey in pursuing higher education abroad.

1 comments:

  1. Kak boleh Kasi Tau dong admission univ UK yang free kak🙏

    ReplyDelete