My LPDP Story - Pengalaman Wawancara 2 LPDP 2019 di Makassar

Tahap akhir dari seleksi LPDP adalah wawancara. Tahap wawancara adalah tahap paling krusial dari rangkaian seleksi beasiswa. Pada skema beasiswa apapun, bisa sampai ke tahap wawancara adalah sebuah hal yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Pengorbanan terutama dalam bentuk waktu, tenaga, uang, dan juga pikiran serta mental. Oleh karenanya, masuk ke tahap interview adalah sebuah kesempatan mahal yang perlu diapresiasi terlepas dari hasil akhir diterima sebagai awardee atau tidak.
Jadwal Seleksi Substansi

Untuk seleksi LPDP tahun 2019, mekanisme seleksi substansinya cukup berbeda. Tidak ada lagi Leaderless Grup Discussion (LGD). Bedanya lagi, kali ini terdapat dua sesi wawancara yaitu Wawancara 1 dan Wawancara 2. Wawancara 1 kurang lebih sama seperti wawancara-wawancara LPDP pada tahun-tahun sebelumnya yang terdiri dari 3 panelis yang bertugas mengorek tentang hal-hal berbau akademik baik track record akademik dan rencana studi ke depannya, urgensinya untuk pembangunan Indonesia, pengalaman dan rencana riset, kontribusi sosial, karakter dan psikologis, serta inovasi. Sedangkan Wawancara 2 hanya terdiri dari 1 interviewer dan lebih berfokus pada wawasan kebangsaan dan nasionalisme.

LPDP akan menginformasikan melalui email ke masing-masing peserta mengenai jadwal seleksi tiap kota. Kemudian, beberapa hari sebelum seleksi dilakukan, LPDP akan mengirimkan jadwal individu dan kelompok wawancara untuk masing-masing komponen seleksi yaitu Verifikasi Dokumen, Wawancara 1, dan Wawancara 2. Saya tergabung di kelompok wawancara 1 dari total enam kelompok wawancara di kota Makassar. Setelah saya berdiskusi dengan sesama peserta kelompok wawancara 1, semua peserta berasal dari background ilmu pendidikan dan kesehatan. Saya mengikuti seleksi substansi di Makassar tanggal 14 Agustus 2019, tepatnya di Gedung Keuangan Negara Makassar. Saya beruntung bahwa ketiga aktivitas seleksi saya semuanya berlangsung 1 hari walaupun dengan jeda waktu yang cukup lama.
Lokasi Seleksi Wawancara di Makassar
Menunggu Panggilan Wawancara 2

Saya dijadwalkan untuk wawancara 2 terlebih dulu pukul 7.30. Saat tiba di lokasi seleksi, kita harus absensi terlebih dahulu dengan memperlihatkan barcode yang ada di akun pendaftaran masing-masing. Setelah itu, kita menunggu di ruangan yang sudah disediakan sambil menanti panggilan memasuki ruangan wawancara. Saya baru masuk ke ruangan wawancara hampir pukul 8.00. Saat saya masuk ruangan, saya melihat terdapat 3 meja yang masing-masing terdapat satu pewawancara. Setelah itu, saya langsung menuju meja wawancara saya di meja 1. Di sana sudah duduk seorang laki-laki yang menurut perkiraan saya berusia 50an tahun sedang menatap laptop yang ada di mejanya. Saya langsung menyalami beliau dan mengucapkan salam kemudian saya dipersilahkan duduk. Saat saya duduk, saya masih dalam keadaan tegang sehingga bapak pewawancara menyuruh saya untuk rileks.

Berikut adalah transkrip wawancara 2 saya. Tentu saja ini tidak saklek persis sebagaimana percakapan berlangsung pada saat wawancara. Saya hanya menulisnya berdasarkan memori yang terbatas untuk mengabadikan pengalaman saya sekaligus sebagai gambaran bagi peserta wawancara di kemudian hari.
CA : Silahkan duduk dek. santai aja. Nyandar aja di kursi, gak apa-apa. Santai aja!
S : Baik Pak! (Saya mencoba menenangkan diri, menarik napas dalam-dalam dan bersandar pada kursi saya)
CA : Wawancara ini akan saya rekam ya? Ini sebagai bentuk pertanggunjawaban saya nantinya ke pihak LPDP. Gak apa-apa kan saya rekam?
S : Iya Pak, Tidak apa-apa.
CA : Jadi nama saya Chairil Anwar. Kamu tau Chairil Anwar siapa?
S : Iya Pak. Penulis Pak.
CA : Iya jadi penyair dan penulis puisi. Kamu tau tidak puisinya yang paling terkenal?
S : Iya Pak. Judulnya Aku Ingin Hidup Seribu Tahun Lagi.
CA : Iya, jadi itulah saya (sambil sedikit tersenyum). Jadi silahkan perkenalkan diri, alamat, pekerjaan, pendidikan, hobi, nama keluarga, mau sekolah ke mana dan rencana ambil apa?
S : Baik, terima kasih banyak Pak. Nama saya Fistra Janrio Tandirerung, biasa dipanggil Rio, Pak. Saya sekarang sebagai dokter internsip di Puskesmas Getengan di Kabupaten Tana Toraja. Saya lulusan FK Universitas Tadulako, tinggal di kota Rantepao Kabupaten Toraja Utara. Nama orang tua saya adalah bla bla. Saya punya dua adik yang sekarang dua-duanya sementara kuliah. Satu kuliah di Toraja satunya lagi di Universitas Hasanuddin Pak. Saya berencana melanjutkan studi S2 ke University College London di Inggris untuk jurusan Cardiovascular Science atau ilmu tentang jantung dan pembuluh darah Pak.
CA : Kamu mau jadi apa?
S : Mau jadi dosen Pak.
CA : Jurusan itu ada di Indonesia?
S : Tidak ada Pak,
CA : Loh percuma dong kalau kamu cuman mau dosen.

(Di sini sebenarnya saya tidak menangkap apa maksud bapaknya. Karena saya berpikir justru akan lebih bagus saya kuliah ke luar jika jurusan itu tidak tersedia di Indonesia)

S : Tapi pak, ilmu tentang jantung dan pembuluh darah di Indonesia sekarang masih sangat dibutuhkan Pak.
CA : Iya betul, Bagus kalau kamu mau sekolah itu. Tapi ya percuma kalau jurusannya tidak ada di Indonesia terus kamu cuman mau jadi dosen. Kamu harus pikirkan itu sementara kamu bisa sampai ke sini kan perjuangannya berat. Gak gampang kan bisa sampai ke tahap ini? Tapi ya kembali lagi yang menentukan nanti lewat rapat pleno LPDP

Sampai tahap ini, saya sebenarnya antara bingung dan mau menyanggah pewawancara tapi saya juga masih belum paham maksud si bapak mengatakan percuma kalau saya jadi dosen karena jurusannya tidak tersedia di Indonesi.. Saya hanya terdiam di sini karna takut salah bicara dan malah makin memojokkan saya nantinya. Bagian inilah yang nantinya membuat saya ragu akan lolos seleksi wawancara sampai pada waktu pengumuman wawancara. Bagian ini hampir membuat saya down dan sedikit menurunkan rasa percaya diri saya.

CA : Ini pertama kali ikut LPDP ya? Kalau nanti tidak lolos bagaimana?
S : Iya pak ini yang pertama. Saya akan tetap mencoba lagi tahun depan Pak. Saya akan mengevaluasi diri saya di mana letak kegagalan saya dan meminta saran evaluasi dari teman dan mentor saya Pak, tapi saya akan mencoba lagi Pak.
CA : Kenapa mau ke Inggris?
S : Sebenarnya bukan masalah Inggrisnya Pak. Tetapi masalah jurusannya. Dari awal saya ingin belajar tentang ilmu jantung dan pembuluh darah karena ... (saya menjelaskan alasan-alasan saya beserta justikasinya). Makanya saya mencoba mencari di negara-negara mana saja yang kira-kira menawarkan jurusan ini Pak. Dan akhirnya saya ketemu dengan UCL yang kebetulan ada di Inggris.
CA : Jadi di negara lain ada jurusan ini?
S : Iya pak, di University of Goettingen di Jerman ada Pak. Di Belanda juga di Vrije University juga ada. Tapi menurut saya yang paling cocok dengan latar belakang dan minat saya adalah UCL pak.
CA : Menurutmu susah tinggal di luar negeri?
S : Iya Pak
CA : Jadi apa yang sudah kamu lakukan untuk menghadapinya?
S : Saya banyak membaca di blognya orang di internet pak. Saya juga banya bertanya ke teman-teman dan kenalan saya yang pernah tinggal di Inggris terutama di London. Banyak dari mereka mengatakan salah satu tantangan terbesar adalah bahasa karena kebanyakan orang Indonesia kurang terbiasa dengan aksen British, makanya mulai sekarang saya juga membiasakan diri dengan bahasa Inggris logat british misalnya dengan menonton ulang film-film yang aksen britishnya kental lalu subtitelnya saya hilangkan. Saya juga sudah melihat mata-mata kuliah yang ditawarkan dan saya juga sudah mulai baca-baca karena mata-mata kuliah yang akan diajarkan sebenarnya  bukan hal yang betul-betul baru untuk saya Pak, walaupun untuk sekarang saya banyak mempelajari materi yang berorientasi klinis supaya juga saya bisa aplikasikan ke kehidupan sehari-hari. Saya juga punya mentor di Amerika yang banyak membantu saya walaupun saya belum pernah ketemu langsung.
CA : Jadi kamu mau jadi dosen?
S : Iya pak, karena saya suka aktivitas belajar mengajar. Saya pernah jadi asisten di Departemen Anatomi FK Untad lebih dari 3 tahun Pak. Tapi sebenarnya saya punya pengalaman pribadi. Saya mau kembali ke almamater saya. Tahun 2015 saya pernah ikut olimpiade anatomi di FK UGM dan saat itu hampir tidak ada yang tau FK Universitas Tadulako di mana, bahkan kota Palu waktu itu banyak yang tidak tau. Padahal menurut saya FK Untad sangat potensial karena dalam lomba-lomba FK Untad cukup kompetitif dan di tiap Uji Kompetensi Dokter Indonesia, FK Untad selalu lulus di atas rata-rata nasional Pak. Tapi sekarng kalau bicara FK di Indonesia timur orang Cuma kenal FK Unhas atau FK Univ Sam Ratulangi, padahal FK Untad juga menurut saya cukup potensial Pak. Terlebih lagi di FK Untad sekarang hanya satu dosen yang bidang ilmunya di ilmu jantung dan pembuluh darah. Tapi saya juga mau tetap melayani masyarkat sebagai dokter Pak. Karena menurut saya yang namanya dokter bukan lagi disebut dokter kalau tidak melayani pasien pak.
CA : (setelah saya menjawab, Bapaknya tidak memberi tanggapan apa-apa dan langsung lompat ke topik yang lain). Kamu agamanya apa?
S : Saya Kristen Pak.
CA : Bagaimana menurutmu sekarang yang banyak konflik di Indonesia termasuk agama. Menurutmu mengapa itu bisa terjadi?
S : Menurut saya Pak itu bisa terjadi karena orang tidak mampu mengakomodir dan menerima adanya perbedaan. Selain itu konflik juga terjadi karena ada orang-orang yang merasa bahwa dirinya, agamanya, atau ideologi yang dianutnya lebih superior dibandingkan yang lainnya sehingga mereka memaksakan agar apa yang diyakininya juga diterima oleh orang lain Pak.
CA : Apakah menurutmu sekarang nilai-nilai pancasila sekarang sudah mulai tergerus?
S : Kalau tergerus menurut saya iya Pak, itu bisa dibuktikan dengan banyaknya konfik yang terjadi saat ini. Tetapi menurut saya nilai Pancasila sebenarnya masih relevan. Karena dari sejak bangsa kita berdiri sampai saat ini identitas bangsa kita tetap sama. Dari awal kita berdiri sebagai bangsa, kita sudah sepakat bahwa kita menerima semua perbedaan, semua perbedaan diakomodasi, tidak ada yang lebih superior dibanding yang lainnya sehingga kita sepakat untuk mendirikan sebuah negara yang menerima segala bentuk perbedaan. Sampai sekarang pun bangsa Indonesia sama, kita hidup dalam segala keragaman sehingga yang terpenting menurut saya adalah bagaiamana agar kita bisa betul-betul mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila karena menurut saya dalam butir-butir pengamalan Pancasila sudah sangat jelas.
CA : Apakah kamu sendiri sudah mengmalkan nilai-nilai Pancasila?
S : Menurut saya Iya Pak. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam butir-butir pengamalan sila pertama menurut ketetapan MPR yang kalau saya tidak salah ada 7 butir di situ disebutkan bahwa kita wajib menghormati keyakinan orang lain serta memberi kesempatan bagi mereka untuk menjalankan ibadah mereka. Selain itu juga dikatakn bahwa kita tidak boleh memaksakan suatu keyakinan pada orang lain. Dalam kehidupan saya sehari-hari misalnya saat lebaran lalu Pak, saya menggantikan teman saya yang muslim jaga di IGD Puskesmas supaya dia bisa menjalankan ibadahnya Pak.
CA : Jadi kamu tidak keberatan jika dipimpin oleh orang yang beda agama dengan kamu?
S : Saya tidak masalah pak, Karena menurut saya dalam konsep ideal Pancasila dan Undang-undang Dasar seharusnya tidak ada lagi yang namanya mayoritas dan minoritas Pak. Segala bentuk perbedaan diakomodir. Undang-undang juga mengatakan bahwa semua orang memiliki hak yang sama di mata hukum. Jadi saya tidak masalah Pak.
CA : Sekarang kan sudah marak adanya paham-paham luar negeri yang karena globalisasi menjadi mudah tersebar. Contohnya sekarang marak isu-isu LGBT yang mereka sedang mengusahakan hak mereka lewat jalur hukum. Kamu setuju tidak dengan hal semacam itu?
S : Saya tidak setuju Pak. Dosen saya dulu seorang psikiater pernah mengatakan jika suatu fenomena yang walaupun salah terus dibiarkan, lama kelamaan kita akan melihatnya sebagai sesuatu yang biasa saja. Oleh karena itu menurut saya hal seperti itu tidak boleh diberi celah. Terlebih lagi menurut agama dan ilmu pengetahuan hal tersebut juga salah pak. Karena homoseksual serta lesbian dalam ilmu psikiatri juga digolongkan ke dalam gangguan preferensi seksual. Jadi menurut saya jangan diberi cela supaya masyarkat nantinya tidak melihat itu sebagai sesuatu yang biasa.
CA : Jadi kamu tidak setuju?
S : Tidak Pak. Jangan dikasih celah Pak.
CA : Ya saya kira cukup ya (sambil mematikan recorder). Ingat pas kamu keluar nanti gak usah cerita-cerita ke yang lainnya tentang apa yang terjadi di sini. Ingat ini seleksi! Jangan sampai merugikan kamu sendiri nantinya.
S : Baik terima kasih Pak. Mohon maaf kalau ada salah-salah kata Pak.
Saya menyalami beliau dan memohon ijin untuk meninggalkan ruangan wawancara. Saya keluar ruangan sekitar pukul 8.30 WITA.

Agenda saya selanjutnya adalah Verifikasi Dokumen yang dijadwalkan pukul 10.30. Verifikasi dokumen adalah syarat wajib agar bisa melangkah ke tahap Wawancara 1. Jika ada satu saja dokumen bermasalah apalagi ada unsur pemalsuan, maka tidak akan diperbolehkan masuk ruang wawancara dan dianggap langsung gagal. Sambil menunggu, saya bercerita-cerita dan mengakrabkan diri dengan para peserta seleksi lainnya di ruang tunggu. Saya dipanggil untuk verifikasi dokumen lebih cepat dari jadwal seharusnya. Verdok dapat berlangsung lancar dan hanya beberapa menit saja. Asalkan kita mengikuti aturan main mengenai ketentuan dokumen persyaratan yang ditetapkan LPDP dari tahap administrasi, seharusnya tidak ada masalah saat melalui verifikasi dokumen.
Verifikasi Dokumen Done

Satu hal yang saya tekankan dari pengalaman dan transkrip wawancara ini adalah jangan menjadikan ini sebagai  patokan mutlak. Sekali lagi ini hanya sebagai bentuk gambaran karena wawancara Anda kemungkinan besar akan mengalir melalui alur yang berbeda. Pertanyaan yang diajukan ke Anda mungkin saja tidak ada sama sekali di transkrip wawancara saya dan begitu pula sebaliknya. Anda sangat mungkin diwawancara oleh pewawancara yang berbeda, dan arah pertanyaan yang besar kemungkinannya tidak sama dengan yang saya alami. Itu sedikit banyak juga ditentukan dari kemampuan kita memberikan jawaban dan mengarahkan jalannya wawancara. Tips menghadapi wawancara LPDP akan saya tuliskan secara khusus di artikel tersendiri.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

A passionate medical doctor aiming to become forefront in medical practice, research and education.This blog is inteded to be a platform to share the beautiful and unforgetable journey in pursuing higher education abroad.

5 comments:

  1. Trimakasih, sangat bermanfaat 😊 ada gambaran untuk wwancaranya ...

    ReplyDelete
  2. Untuk sesi wawancara apakah memakai bahasa Inggris atau Indonesia ya ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau wawancara 2 yg tentang kebangsaan dalam bahasa Indonesia. Wawancara 1 bahasa Inggris jika tujuan luar negeri

      Delete
  3. Kak, untuk periode 2021, salah satu jenis tes substansi LPDP adalah kebangsaan. Apakah ini wawancara 2 yang kakak maksudkan atau ini adalah soft competency dalam jenis yang berbeda? Terimakasih kak.

    ReplyDelete
  4. kak tulisan dan tutur kata kakak bagus banget, keren kak

    ReplyDelete