Kuliah ke Luar Negeri Pakai TOEFL atau IELTS?
Tes bahasa adalah syarat mutlak jika seseorang ingin melanjutkan sekolah atau bekerja di luar negeri. Tes ini sendiri bertujuan untuk menjadi standarisasi untuk mengetahui apakah kita memenuhi kriteria minimal penguasaan bahasa untuk menghadapi tuntutan pendidikan atau pekerjaan di luar negeri. Ada banyak ujian bahasa, tetapi yang paling umum tentu saja adalah bahasa Inggris.
Tes bahasa Inggris sendiri terdiri dari beberapa jenis. Tetapi perlu digaris bawahi bahwa tidak semua tes bahasa Inggris diakui secara internasional. Secara umum, berdasarkan pengalaman saya, tes bahasa Inggris yang diterima oleh hampir seluruh institusi pendidikan di luar negeri yang mensyaratkan penguasaan bahasa Inggris adalah IELTS Academic, TOEFL iBT, dan PTE Academic (Pearson Test of English Academic). Di Indonesia sendiri PTE Academic kurang populer dibanding IELTS dan TOEFL. Selain itu ,setahu saya, tidak ada lembaga penyedia tes PTE Academic di Indonesia. Perlu juga diketahui bahwa terdapat tes bahasa Inggris lain seperti TOEFL ITP dan TOEIC (Test of English for International Communication). Namun, kedua tes tersebut tidak berlaku universal dan tidak dapat digunakan untuk mendaftar studi ke institusi luar negeri.
Pilihan yang paling masuk akal tentu saja adalah IELTS Academic dan TOEFL iBT. Sebenarnya kedua tes ini dari segi biaya dan komponen penilaian cukup identik dan diterima di hampir seluruh institusi pendidikan di berbagai negara. Namun tentu saja ada beberapa perbedaan yang dapat dijadikan acuan untuk mencondongkan pilihan ke salah satunya, yaitu antara lain:
Pengelola
IELTS (International English Language Testing System) dikembangkan dan dikelola bersama oleh Cambridge Assesment, British Council, dan IDP Education Australia sedangkan TOEFL (Test of English as Foreign Language) dikelola oleh Education Testing System (ETS) dari Amerika Serikat. Oleh karena itu, perbedaan mendasar dari IELTS dan TOEFL adalah jenis bahasa Inggris yang digunakan. IELTS menggunakan British English sedangkan TOEFL menggunakan American English. Maka dari itu, IELTS paling umum digunakan oleh mereka yang ingin berkuliah/bekerja di United Kingdom atau negara-negara persemakmuran Inggris seperti Australia atau Selandia Baru. Di sisi lain, untuk yang bertujuan ke Amerika Serikat dan Kanada cenderung lebih memilih menggunkan tes TOEFL. Namun sekali lagi, karena baik TOEFL atau IELTS diterima secara global, IELTS pun bisa digunakan ke Amerika atau Kanada dan sebaliknya.
IELTS terdiri dari dua jenis tes, Academic dan General Training berdasarkan keperluan kita mengambil tes bahasa Inggris, apakah untuk tujuan pendidikan atau perkerjaan. Sedangkan TOEFL hanya satu jenis saja. Untuk komponen penilaian sama-sama menilai 4 kemampuan berbahasa yaitu listening, reading, writing, dan speaking.
Teknis Pelaksanaan
TOEFL iBT dan IELTS punya perbedaan mendasar pada teknis pelaksanaannya. IELTS umumnya berlangsung selama sekitar 2 jam 45 menit, sedangkan TOEFL iBT dapat sampai 4 jam. Untuk reading dan listening, semua soal TOEFL adalah pilihan ganda, sedangkan bentuk soal IELTS jauh lebih beragam. Untuk tiap komponen, soal pilihan ganda IELTS mungkin hanya sekitar 5 atau 6 soal dari 40 total soal. Selebihnya adalah isian, mencocokkan, mencari ide pokok, melengkapi summary, dan memilih antara True, False , atau Not Given.
Pada bagian listening pun terdapat perbedaan mendasar yaitu aksen yang digunakan. Tes TOEFL cenderung hanya memperdengarkan rekaman dengan aksen Amerika saja, sedangkan IELTS menuntut kita mampu memperoleh informasi dari aksen-aksen yang berbeda seperti British, Amerika, Australia, atau Kanada.
Pada bagian writing TOEFL iBT, kita menulis dengan cara mengetik langsung pada komputer sedangkan pada tes IELTS kita betul-betul menulis dengan tulisan tangan pada kertas jawaban yang disediakan. Untuk Speaking, kita akan berbicara dan direkam di depan komputer untuk tes TOEFL iBT, sedangkan pada tes IELTS kita akan langsung berbicara dengan penguji yang bahasa aslinya adalah bahasa Inggris (native speaker). Oleh karena itu menurut saya, dari segi teknis dan pelaksanaan, tes IELTS memang lebih rumit dibandingkan TOEFL.
Sistem Scoring
Walaupun komponen penilaian untuk TOEFL iBT dan IELTS sama persis, tetapi sistem skoringnya cukup berbeda. Untuk IELTS menggunakan rentang nilai 0 sampai 9 untuk masing-masing komponen bahasa dan semua nilai (reading, listening, writing, dan speaking) nanti akan dirata-rakan (juga dalam skala 0-9) untuk memperoleh overall band score. Di sisi lain, skor total TOEFL iBT menggunakan rentang 0 – 120 sedangkan untuk skor per komponen dinilai dari range 0-30. Jadi nilai overall pada TOEFL iBT adalah hasil penjumlahan semua komponennnya, sedangkan pada IELTS adalah nilai rata-ratanya.
Perlu digarisbawahi bahwa dalam tes IELTS atau TOEFL atau tes bahasa apapun itu tidak ada istilah lulus dan tidak lulus karena tes bahasa hanya akan menilai sejauh mana kemampuan kita berbahasa asing. Universitas atau institusi tujuan kitalah yang nanti menentukan apakah nilai yang sudah kita capai telah memenuhi kriteria minimal yang mereka tentukan atau belum. Umumnya institusi-institusi luar negeri mensyaratkan nilai minimal overall score IELTS adalah 6.5 dengan catatan tidak ada nilai per komponen yang kurang dari 6. Di sisi lain, untuk TOEFL, biasanya adalah overal score 92 dengan nilai per komponen biasanya minimal 20-24.
Institusi Penyedia Beasiswa
Beberapa penyedia sponsor beasiswa mengharuskan TOEFL atau IELTS dalam proses seleksinya sehingga persiapan belajar untuk tes bahasa Inggris yang akan diambil juga dapat dipilih berdasarkan beasiswa yang ditargetkan. Misalnya untuk beasiswa Fulbright, para aplikan yang lolos ke seleksi wawancara nantinya diharuskan untuk mengambil tes TOEFL iBT bersama dengan GRE atau GMAT. Sedangkan beasiswa AAS (Australia Awards Scholarship), peserta yang lolos menjadi shortlisted candidates juga diharuskan mengikuti tes IETLS. Walaupun demikian, pada tahap awal seleksi administrasi, baik Fulbright atau AAS masih membolehkan menggunakan sertifikat bahasa Inggris lainnya termasuk TOEFL ITP.
NB: Artikel ini saya tulis di tengah kegalauan menanti pengumuman wawancara LPDP. Hanya sebagai sarana berbagi, mengalihkan kegalauan dan pikiran yang mengawang-ngawang, serta mencoba untuk tetap produktif.
ABOUT THE AUTHOR
A passionate medical doctor aiming to become forefront in medical practice, research and education.This blog is inteded to be a platform to share the beautiful and unforgetable journey in pursuing higher education abroad.
Thanks for sharing doc
ReplyDelete