Menghadapi Wawancara LPDP, What to Prepare?

Pengalaman pribadi saya mengikuti wawancara sudah saya tuliskan dalam dua artikel sebelumnya. Tapi harus diingat baik-baik bahwa pengalaman yang saya tuliskan jangan sekali-kali dijadikan patokan untuk menghadapi wawancara Anda. Tulisan tersebut hanya bertujuan untuk memberikan gambaran seperti apa jalannya wawancara LPDP serta kemungkinan hal yang ditanyakan dan digali. Belum tentu pakaian orang lain cocok di badan Anda. Saya yakin bahwa wawancara Anda akan punya jalan ceritanya sendiri karena pewawancara dan yang diwawancarai adalah orang yang jelas berbeda. Tiap interviewee punya personal attribute dan track record -nya masing-masing.

Sebelumnya, saya hanya ingin menegaskan bahwa saya bukan orang yang hebat-hebat amat. Saya tidak merasa saya lebih baik dari siapapun yang membaca tulisan saya. Sangat mungkin bahwa Anda punya kapabilitas yang lebih baik dibandignkan saya. Saya hanya beruntung karena telah lebih dulu melaluinya daripada Anda sehingga ada sesuatu yang mungkin bisa saya bagikan. Oleh karena itu, selain sebagai sarana berbagi, tulisan ini juga menjadi media pembelajaran saya untuk tetap berusaha meningkatkan kualitas diri.

Berdasarkan pengalaman saya dan pengalaman orang lain yang saya pelajari selama proses seleksi, LPDP akan mencari orang-orang yang dapat berkontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara di masa depan. Oleh karena itu, mereka akan memastikan bahwa tahapan-tahapan seleksi akan menargetkan orang-orang yang memiliki potensi untuk secara langsung mengambil peran dan terlibat bagi kemajuan bangsa di berbagai sektor. Sebenarnya tujuan ini identik dengan beasiswa-beasiswa luar negeri lainnnya secara umum.

Apa saja yang mereka akan galih untuk memastikan kandidat yang mereka pilih adalah orang yang tepat? Tentu saja saya tidak punya kualifikasi formal untuk menjawab pertanyaan ini. Tetapi berdasarkan pengalaman saya pribadi dan mempelajari pengalaman orang lain serta berdiskusi dengan mentor-mentor saya, saya bisa sedikit mencari benang merahnya.

Namun juga harus diingat baik-baik, bahwa mencari beasiswa ke luar negeri mirip-mirip dengan mencari jodoh. Banyak misteri di baliknya. Ada banyak orang yang hebat yang sepertinya mempunyai semua yang dibutuhkan untuk mendapatkan beasiswa, tapi entah kenapa malah berakhir gagal. Sebaliknya, ada orang yang nampaknya biasa-biasa saja tapi justru di luar dugaan bisa menjadi awardee beasiswa. Hanya saja, yang sudah pasti gagal adalah mereka yang tidak atau takut mencoba. 

Tetapi tentu saja ada pola tertentu yang bisa kita pelajari dari perjuangan orang-orang yang berhasil meraih beasiswa ke luar negeri. Saya mencoba menguraikannya berdasarkan pengalaman saya yang masih sangat terbatas yang semoga saja bisa membantu.
Track Record Pendidikan
Harus diakui bahwa tuntutan studi di luar negeri lebih berat daripada di Indonesia. Oleh karenanya, para panelis akan memastikan bahwa kita memiliki kemampuan minimal untuk dapat menghadapi tuntutan akademik di luar sana. Bagaimana caranya? Ya tentu saja dengan melihat riwayat pendidikan kita pada jenjang pendidikan sebelumnya. Berapa IPKnya? Berapa lama masa studinya? Adakah nilai yang bermasalah? Apa saja yang pernah dilakukan semasa studi? Pengalaman riset dan mengajar atau pernah student exchange dan mengikuti konferensi sebelumnya?
Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya bukan orang yang hebat-hebat amat. Di jenjang pendidikan sarjana dan profesi ada banyak orang yang IPKnya di atas saya. Saya tidak menyandang predikat mahasiswa atau lulusan terbaik. Saya tidak punya pengalaman student exchange. Saya belum pernah mempresentasikan penelitian saya apalagi mengikuti konferensi di luar negeri. Saya tidak punya banyak pengalaman organisasi. Banyak orang seusia saya yang CVnya sudah penuh dengan hal-hal yang fantastis. Tetapi saya meyakini LPDP tidak hanya melihat dan mempertimbangkan satu hal saja. Oleh karena itu, tugas kita adalah mencari hal-hal postif yang bisa kita jual kepada  para panelis. Setiap orang pasti punya kelebihannya masing-masing. Itulah mengapa dalam proses seleksi beasiswa, kemampuan mengenal diri sendiri juga merupakan modal sangat penting.

Visi yang Jelas
Persamaan lain yang saya lihat ada pada orang-orang yang berhasil memenangkan beasiswa adalah mereka memiliki perencanaan yang jelas. Mereka tahu hal-hal apa yang mereka ingin capai ke depan. Tidak hanya sampai di situ, mereka tahu dengan jelas apa yang dibutuhkan dan bagiamana pendekatan-pendekatan untuk mencapainya. Mereka punya target 5 tahun atau 10 tahun ke depan.
Ini hal yang sangat penting. Tidak mungkin sponsor beasiswa akan mempercayakan uang yang jumlahnya begitu besar kepada orang yang tidak tahu tentang apa yang akan dilakukannya di masa depan. That`s totally a terrible way to waste a gigantic amount of money.

Pengenalan Diri dan Good Self Esteem
Ini juga tidak kalah penting. Kemampuan mengenali dan memetakan kelebihan serta kekurangan diri sendiri seperti yang sudah saya singgung sebelumnya. Berangkat dari sana, tentu saja kita bisa belajar bagiamana menyiasati kekurangan kita. Keyakinan pada kemampuan diri sendiri tanpa menjadi arogan dan merasa lebih baik atau lebih layak daripada orang lain adalah sebuah karakter yang penting dimiliki. Berdasarkan diskusi bersama dengan teman dan mentor saya yang sudah pernah memenangkan AAS, Fulbright, Chevening, dan pernah mengikuti wawancara LPDP, saya bisa mencoba sedikit mamahami bahwa LPDP mencari orang-orang yang punya self confident yang baik, tetapi di saat yang sama juga memilki kerendahan hati serta terbuka terhadap masukan dan pemikiran-pemikiran orang lain. Track record pendidikan dan visi yang jelas harus dibarengi dengan kepribadian dan karakter yang baik.

Kesesuaian Rencana Studi dengan Riwayat Pendidikan/Pekerjaan
Ini tidak lepas dari kontribusi yang bisa lakukan selepas studi. Akan lebih masuk akal jika seseorang melanjutkan studi yang linear dengan studi di jenjang sebelumnya. Tetapi jika tujuan studi mungkin agak melenceng dari jenjang pendidikan sebelumnya, Anda harus bisa meyakinkan panelis bahwa Anda tetap dapat  menyelesaikan pendidikan dan berkontribusi di bidang yang Anda dalami nantinya. Ini bisa dikaitkan dengan riwayat pekerjaan sebelumnya.

Nasionalisme dan Pemahaman Terhadap Isu-isu Nasional
Bagian ini juga merupakan hal krusial terkusus di seleksi LPDP. Di skema beasiswa luar negeri lainnya, jarang sekali ada panelis yang secara khusus mengeksplor rasa cinta tanah air serta pemahaman peserta terhadap sejarah nasional dan memilki concern terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia. Selain itu, kita dituntut tidak hanya memahami persoalan negara dan bangsa tetapi juga mampu menentukan sikap dengan didasari oleh justifikasi yang rasional serta kontribusi pemikiran mengenai isu-isu kebangsaan tersebut.

Harus kembali diingat bahwa tujuan LPDP melalui pembiayaan pendidikan adalah menghasilkan pemimpin-pemimpin dan profesional masa depan di berbagai bidang untuk membantu pembangunan Indonesia. Sehingga, memiliki pemahaman serta kepekaan yang baik mengenai isu-isu nasional yang sedang terjadi  di Indonesia menjadi mutlak dimiliki.

Berangkat dari hal-hal di atas, saya merangkum beberapa tips yang mungkin bisa dipertimbangkan sebelum menghadapi seleksi wawancara LPDP: Lagi-lagi, ini berangkat dari pengalaman pribadi saya yang Anda boleh setuju, boleh juga tidak.
1. Jadilah diri sendiri. Tentu boleh-boleh saja mempelajari pengalaman orang lain. Pengalaman adalah guru yang paling baik, entah itu pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. Tetapi jangan sekali kali menjadikan itu sebagai acuan apalagi meniru dan berharap jalannya wawancara akan sama dengan orang lain
2. Bersikap apa adanya dan jujur. Ini mungkin hal yang sangat klise, tapi memang begitulah adanya. Sampaikan semua pikiran dan jawaban secara jujur, orisinil, dan tidak mengada-ngada. Saya yakin wawancara yang jujur akan berjalan secara lebih natural. Panelis yang kita hadapi adalah orang-orang yang profesional di bidangnya. Mengarang-ngarang cerita sama dengan menggali kuburan sendiri. Apalagi salah satu di antara mereka adalah psikolog. Saya pun yakin bahwa mereka sudah terbiasa mewawancara banyak kandidat dan cukup mampu membedakan mana yang potensial dan mana yang tidak.
3. Jangan memberikan jawaban yang normatif. Ketika ditanya kenapa ingin sekolah lanjut? Hindari memberikan jawaban yang terlalu umum seperti “karena saya ingin mengembangkan diri saya”. Jawaban seperti itu selain kurang meyakinkan juga tidak menunjukkan kita memilki konsep diri dan visi yang jelas. Kita harus bisa memberikan jawaban yang spesifik dan didasari oleh dasar berpikir yang jelas. Sebisa mungkin sertakan data pendukung yang bisa lebih meyakinkan panelis bahwa kita tahu apa yang akan kita hadapi.
4. Cari sebanyak mungkin informasi. Jawaban yang meyakinkan selalu datang dari pikiran yang memiliki dan memahami banyak informasi. Misalnya jika berkeinginan menjadi dosen jangan hanya selesai dengan jawaban ingin menjadi dosen. Cari tahu mau jadi dosen di mana, alasannya apa, kenapa tidak di tempat lain, berapa jumlah dosen di sana, berapa jumlah dosen dengan bidang keilmuan yang akan Anda pelajari, bagaimana strategi supaya Anda bisa diterima sebagai dosen dan sebagainya. Hal ini juga berlaku pada masalah rencana riset.
5. Buat catatan dan daftar pertanyaan yang mungkin ditanyakan serta pikirkan bagaimana menjawabnya dengan baik. Saya dulu membuat list pertanyaan pada sebuah buku khusus. Saya membuat hampir 100 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan tentang masalah akademik, psikologi dan karakter,future plan, sampai nasionalisme
6. Buat simulasi wawancara (mock interview) dengan orang yang lebih berpengalaman. Saya pribadi merasakan bahwa simulasi ini sangat bermanfaat. Untungnya saya memilki mentor yang membantu saya dalam simulasi wawancara ini. Mock interview membantu saya menjadi lebih siap, lebih percaya diri, dan memperoleh gambaran bagaiamana jalannya wawancara.
7. Usahakan sudah membuat komunikasi dengan kampus tujuan. Ini menunjukkan bahwa kita memiliki keseriusan dan inisiatif. Berusahalah untuk menghubungi dari jauh-jauh hari bukan saat menjelang wawancara. Ini memang harusnya berangkat dari kesadaran dan keseriusan pribadi. Bukan hanya karena ingin meyakinkan pewawancara.
8. Hindari berfokus pada diri sendiri. Poin ini saya pelajari dari mentor saya. Jangan fokus menceritakan kehebatan diri sendiri atau prestasi pribadi. Ini memang agak tricky. Tentu saja menyampaikan kelebihan boleh-boleh saja. Saya sama sekali tidak mengatakan tidak boleh. Tapi harus berhati-hati sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa kita adalah orang yang mencari kehebatan diri sendiri, arogan, atau mencari pengakuan. Kembali lagi yang penting dari hasil studi kita melalui skema beasiswa adalah bagaimana kita memberi dampak bagi orang lain. Sehingga berikan porsi yang lebih besar mengenai kontribusi kita sebelumnya dan apa yang akan kita lakukan demi kebaikan orang lain atau masyarakat nantinya.
9. Pertahankan eye contact. Ketika menjawab usahakan pandangan jangan ke mana-mana. Berusahalah agar komunikasi berjalan baik dengan menjaga kontak mata dengan pewawancara. Sesekali lihatlah juga mata pewawancara lain walaupun bukan mereka yang memberikan Anda pertanyaan.
10. Jangan memotong pembicaraan pewawancara. Saya kira ini tidak perlu saya jelaskan lebih lanjut.
11. Berusahalah mengarahkan jalannya wawancara. Jangan sampai kita terjebak atau dipojokkan oleh pertanyaan-pertanyaan pewawancara sehingga akhirnya kita menjawab dengan pola defensif. Akibatnya, kita tidak bisa mengeluarkan jawaban-jawaban terbaik kita. Berusahalah menguasai jalannya wawancara. Buat pewawancara masuk pada ritme kita, bukan sebaliknya. Jadikan wawancara sebagai panggung untuk meceritakan mimpi, cita-cita, atau harapan kita untuk Indonesia jika kita diberikan kesempatan untuk sekolah lanjut. Berikan jawaban-jawaban yang meyakinkan untuk meminimalisir petanyaan-pertanyaan susulan. Ini memang terkadang bisa cukup sulit dilakukan dan juga tergantung pada karakter pewawancara yang dihadapi. Tetapi sebisa mungkin berikanlah kesan meyakinkan dan antusias pada pewawancara.
12. Be unique. Ingat bahwa para pewawancara akan mewawancarai banyak kandidat. Kita mungkin adalah orang kesekian yang diwawancarai pada hari itu. Oleh karena itu kita harus punya sesuatu yang bisa menarik perhatian para panelis untuk mempertimbangkan kita menjadi awardee. Mulailah bertanya pada diri sendiri apa saja kira-kira yang bisa kita tonjolkan yang mungkin tidak ada pada orang lain. Sell your own story! Pewawancara juga masih manusia biasa yang sisi emosionalnya bisa kita gugah melalui keunikan dan cerita pribadi kita yang bisa menunjang rencana studi dan karir ke depannya. Tapi jangan sampai menjadi lebay sehingga wawancara berubah menjadi sesi curhat atau nangis-nangis bombay. Pertanyaan penting yang perlu direnungkan di sini adalah “Mengapa mereka harus memilih kita dibandingkan peserta lain? Mengapa kita harus dipertimbangkan untuk menerima beasiswa ini?
13. Perbanyak doa. Last but not the least. Intinya saya yakin bahwa sebaik-baiknya usaha adalah usaha yang dibarengi dengan doa. Berikan juga ruang seluas-luasnya untuk Tuhan “menemani” kita dalam prosesnya.

At last, I wish you all the best of luck!! Hari ini mungkin Anda berada pada fase di mana Anda membaca kisah perjuangan orang lain. Semoga di masa depan, Anda-lah yang akan membagikan cerita Anda sendiri untuk orang lain.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

A passionate medical doctor aiming to become forefront in medical practice, research and education.This blog is inteded to be a platform to share the beautiful and unforgetable journey in pursuing higher education abroad.

1 comments: