Fistra Janrio`s Self Discovery

where I keep and share my stories and insights on the journey of pursuing higher education abroad

  • Home
Home Archive for November 2020

source: freepik.com


Kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, adalah syarat mutlak untuk melanjutkan studi di luar negeri. Syarat fasih berbahasa Inggris tidak hanya berlaku di negara-negara berbahasa Inggris seperti UK, US, Australia atau Kanada, tetapi juga di negara seperti Jerman maupun Belanda dan banyak negara lainnya.

Namun harus diakui bahwa memenuhi persyaratan berbahasa Inggris seperti TOEFL atau IELTS bukanlah perkara mudah.Tidak hanya dari sisi kompleksitas ujian tetapi juga dari segi biaya yang seringkali berkisar jutaan rupiah.

Oleh karena itu, butuh persiapan yang matang sebelum kita memutuskan untuk mengambil sebuah sesi tes bahasa Inggris. Tidak jarang banyak yang rela mengeluarkan budget ekstra untuk mengambil kelas persiapan IELTS/TOEFL. Namun, seringkali biaya yang diperlukan untuk mengambil kursus tersebut juga tidak sedikit yang biasanya juga tidak jauh berbeda dengan biaya untuk tes IELTS atau TOEFL itu sendiri. Selain itu, penyedia kursus tes bahasa Inggris juga hanya tersedia di tempat-tempat tertentu saja.

Hal ini tentu jadi pertimbangan lebih bagi mereka yang mungkin punya waktu dan dana yang terbatas sehingga kursus tidak lagi menjadi pilihan yang bisa diambil. Dengan kata lain, belajar otodidak adalah pilihan jalan keluar yang tersisa. Namun, apakah memungkinkan untuk melakukan persiapan otodidak sebelum mengambil tes IELTS/TOEFL?

Kalau bicara kemungkinan, semua kemungkinan pasti ada. Saya sendiri mengambil tes IELTS dengan persiapan otodidak yang terutama karena keterbatasan dana serta tidak adanya penyedia kursus IELTS di tempat domisili saya. Pada akhirnya, pada tes IELTS pertama saya yang dipersiapkan secara otodidak, puji Tuhan saya mendapat overall band score 7.

Dari perngalaman saya tersebut, dan pengalaman orang lain yang sempat saya baca, saya berkesimpulan bahwa belajar otodidak IELTS mungkin dilakukan. Namun, tentu saja ada beberapa poin yang perlu diperhatikan.


1.      Melakukan Self-Assessment terlebih dulu

Yang pertama harus dilakukan adalah melihat dan mengira-ngira sejauh mana kemampuan berbahasa Inggris yang sudah kita miliki. Ini perlu untuk memperkirakan berapa lama waktu yang kita perlukan untuk belajar dan berlatih sebelum mengambil tes IELTS. Tes IELTS adalah tes yang sudah terstandarisasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris seseorang. Sehingga tentu saja tidak bisa dihadapi dengan system kebut semalam. Semua skill atau keterampilan pasti didapat dari latihan yang konsisten dan akan terus menjadi lebih baik jika terus ditempa seiring berjalannya waktu, termasuk dalam keterampilan berbahasa Inggris.

Jika kita kurang percaya diri dengan kemampuan yang kita miliki saat ini, maka ambil waktu lebih untuk persiapan dan latihan dari jauh-jauh hari sebelumnya. Oleh karena itu, perlu untuk menyusun timeline yang terukur mengenai kapan mulai belajar IELTS, kapan rencana mengambil tesnya, kapan mendaftar ke kampus tujuan serta kapan rencana mendaftar beasiswanya. Oleh karena itu persiapannya dapat berbulan-bulan bahkan sampai lebih dari setahun. Take time! The earlier you start, the more you can get prepared!


2.      Mengenali kelebihan dan kekurangan

Tes IELTS terdiri dari empat komponen yaitu Listening, Reading, Writing dan Speaking. Sangat mungkin kemampuan kita di empat komponen tersebut tidak merata. Mungkin kita lebih baik di komponen pasif yaitu listening dan reading dibandingkan writing dan speaking mengingat system pendidikan kita selama sekolah dasar sampai menengah kurang menitikberatkan pada penggunaan bahasa Inggris yang aktif dan praktikal. Setidakya ini berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi saya yang sebagian besar nilai lebih rendah ada pada writing dan speaking.

Jika kita bisa memetakan di komponen mana yang sudah cukup baik dan mana yang masih perlu belajar dan latihan ekstra, maka kita dapat mengatur porsi belajar kita. Hal ini penting karena sebagian besar kampus tujuan menentukan nilai minimal tiap komponen. Jadi walaupun nilai overall band kita sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan, tapi salah satu komponen masih ada yang kurang maka akan tetap jadi masalah.


3.      Latihan Konsisten

Jika kita sudah mengatur waktu persiapan yang dibutuhkan serta sudah memetakan di mana kelebihan dan kekurangan kita, maka selanjutnya adalah belajar dan berlatih secara disiplin dan konsisten. Of course, it is easier said than done! But this is mandatory!

Tentu saja dalam prosesnya terkadang rasa malas, perasaan ingin menunda, lelah atau bahkan ingin menyerah datang mengganggu. Tetapi jika kita sudah punya keinginan dan tujuan jelas yang ingin dicapai, there will always an energy boost. Jika lelah, istirahat sebentar, then make sure you come back with the same, or even higher, spirit!

I believe that you don`t wanna miss that blossom flowers in spring, that summer breeze, that falling yellow autumn leaves, or that cold sweet winter by giving up on this one.

Winter in London (source: followmeaway.com)

Saya sudah menuliskan pengalaman pribadi saya, termasuk bagaimana saya mempersiapkan ujian IELTS saya di 2 tulisan saya sebelumnya yang mungkin bisa membantu.

Belajar Otodidak IELTS
Mengenal Lebih Dekat IELTS

4.      Membiasakan diri dengan teknis ujian

Setelah konsisten berlatih, jangan lupa untuk membiasakan diri dengan teknis pelaksanaan ujian agar tidak kaget saat tes sesungguhnya berlangsung. Ini juga tak kalah penting agar kita bisa lebih siap saat kita berada pada situasi tes yang sebenarnya.

Sebagai contoh, saat saya berlatih listening IELTS dulu, saya selalu berlatih menggunakan headset. Namun saat tes sesungguhnya berlangsung, ternyata ujiannya langsung mendengarkan dari radio. Hal ini hampir  menjadi titik kejatuhan saya karena saat ujian berlangsung, suara dan percakapan yang diperdengarkan menjadi lebih tidak jelas dibandingakan saat menggunakan headset. Oleh karena itu saya berpendapat jika membiasakan diri dengan teknis pelaksanaan ujian juga penting.


Jika mengambil persiapan IELTS melalui sebuah kursus atau lembaga belajar tertentu tidak menjadi kendala, maka tentu saja akan lebih baik lagi. Tetapi jika belajar otodidak adalah sebuah pilihan, maka semoga tulisan sederhana ini dapat sedikit membantu. Karena bagaimanapun, yang paling penting adalah kemauan keras untuk belajar. Kursus atau tidak hanya metode pembelajaran saja.

Namun, perlu digarisbawahi jika ini hanya berangkat dari pengalaman pribadi saja, sehingga mungkin tidak semua pas untuk diaplikasikan mentah-mentah ke tiap orang yang berbeda. But still, hope this helps!

Subscribe to: Posts ( Atom )

ABOUT AUTHOR

Flag Counter

LATEST POSTS

  • Begini Cara Agar Diterima Oleh Universitas Luar Negeri
    University of Cambridge - Salah satu universitas terbaik di dunia Sudah lama saya ingin berkuliah di luar negeri. Buat saya pendidikan...
  • My LPDP Story - Pengalaman Mengikuti Seleksi Administrasi LPDP
    Dua cerita kegagalan dengan AAS dan Fulbright akhirnya membawa saya kepada LPDP. LPDP sebenarnya adalah beasiswa prioritas utama saya sejak...
  • Kuliah ke Luar Negeri Pakai TOEFL atau IELTS?
    Tes bahasa adalah syarat mutlak jika seseorang ingin melanjutkan sekolah atau bekerja di luar negeri. Tes ini sendiri bertujuan untuk menja...
  • My LoA Story - Akhirnya Saya Mendapatkan LoA
    Setelah semua persyaratan berhasil saya selesaikan, akhirnya saya mulai mendaftarkan diri saya ke berbagai universitas. Saya menyelesaikan ...
  • My LPDP Story - Pengalaman Menghadapi dan Tips SBK LPDP 2019
    Setelah berhasil melalui tahap administrasi, tembok kedua yang harus dihadapi dalam proses seleksi beasiswa LPDP adalah Seleksi Berbasis Ko...
  • My AAS Story : Menghabiskan Jatah Gagal
    Australia Awards Scholarship (AAS) adalah salah satu beasiswa luar negeri yang paling populer. Menurut saya ada banyak hal yang membuat...
  • My LPDP Story - Pengalaman Wawancara 2 LPDP 2019 di Makassar
    Tahap akhir dari seleksi LPDP adalah wawancara. Tahap wawancara adalah tahap paling krusial dari rangkaian seleksi beasiswa. Pada skema bea...
  • My Fulbright Story - Kegagalan Pertama Berburu Beasiswa
    Mengejar beasiswa penuh untuk studi lanjut memang bukan hal yang mudah. Dibutuhkan ketekunan, dedikasi, mental kuat yang siap menerima kega...
  • My LPDP Story - Pengalaman Wawancara 1 LPDP 2019 di Makassar
    Setelah melalui wawancara 2 serta verifikasi dokumen, jadwal saya selanjutnya adalah wawancara 1 pukul 16.20 tanggal 14 Agustus 2019. Jedan...
  • My IELTS Story - Berbagi Pengalaman Belajar Otodidak dan Tes IELTS di IDP Makassar
    Setelah saya dinyatakan lulus Ujian Kompetensi Dokter batch 4 tahun 2018 pada awal Desember 2018, saya langsung tancap gas untuk persiap...

Blogger templates

Instagram

Find me on Instagram @fistrajanrio

Blog Archive

  • November 2020 (1)
  • October 2020 (1)
  • January 2020 (1)
  • December 2019 (1)
  • November 2019 (3)
  • October 2019 (1)
  • September 2019 (8)
  • August 2019 (3)
  • July 2019 (3)
Powered by Blogger.

Search This Blog

Report Abuse

  • Home

About Me

My photo
Fistra Janrio Tandirerung
A passionte doctor with interest on health practice, education, and research. I made this blog to share valuable information and insights on important events and to help those who aspire for higher education abroad trough scholarship.
View my complete profile

Belajar IELTS Otodidak. Mungkinkah?

source: freepik.com Kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, adalah syarat mutlak untuk melanjutkan studi di luar negeri. Syarat ...

Contact Form

Name

Email *

Message *

Latest Posts

  • My LPDP Story - Pengalaman Menghadapi dan Tips SBK LPDP 2019
    Setelah berhasil melalui tahap administrasi, tembok kedua yang harus dihadapi dalam proses seleksi beasiswa LPDP adalah Seleksi Berbasis Ko...
  • My LPDP Story - Pengalaman Wawancara 2 LPDP 2019 di Makassar
    Tahap akhir dari seleksi LPDP adalah wawancara. Tahap wawancara adalah tahap paling krusial dari rangkaian seleksi beasiswa. Pada skema bea...
  • My LPDP Story - Pengalaman Mengikuti Seleksi Administrasi LPDP
    Dua cerita kegagalan dengan AAS dan Fulbright akhirnya membawa saya kepada LPDP. LPDP sebenarnya adalah beasiswa prioritas utama saya sejak...

Blogroll

Flickr

About

Copyright 2014 Fistra Janrio`s Self Discovery.
Designed by OddThemes