Fistra Janrio`s Self Discovery

where I keep and share my stories and insights on the journey of pursuing higher education abroad

  • Home
Home Archive for October 2020


Hi there!! Here I am again. It`s been a while since I haven`t posted anything in this blog.

Pandemi COVID-19 memang menghambat banyak rencana yang mungkin sudah dipersiapkan matang-matang dari berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelumnya. Termasuk rencana besar saya untuk kembali ke bangku pendidikan bulan September 2020. LoA sudah ada. Letter of Guarantee dari LPDP juga sudah di tangan. Tapi apa mau dikata, perjalanan ke London harus ditunda dulu setidaknya sampai September 2021 dengan harapan pandemi akan membaik ke depannya.

Sebenarnya UCL dan kampus-kampus lainnya di berbagai negara menawarkan pilihan perkuliahan online selama pandemi. Namun sepertinya itu tidak menjadi pilihan yang akan saya ambil. Saya tidak ingin kehilangan pengalaman berharga tinggal di ibukota Inggris dan UK walau hanya beberapa bulan saja mengingat durasi perkuliahan saya hanya setahun. I just want to live it at the fullest.

Di lain pihak, saya tidak yakin perkuliahan online dapat menjadi pengganti yang sepadan untuk perkuliahan on-campus. Di tambah lagi Indonesia (WITA) dan UK berbeda 8 jam, sehingga time gap-nya cukup lebar jika harus berkuliah online dari Indonesia.

Singkat cerita, saya mengajukan penundaan perkuliahan ke kampus saya yang kemudian disetujui oleh kepala jurusan walaupun sebelumnya saya sudah pernah mengajukan penundaan perkuliahan dari 2019 ke 2020. Sambil mengisi waktu panjang menanti perkuliahan yang tertunda karena COVID-19, saya kemudian bekerja di Rumah Sakit INCO Sorowako Awal Bros sebagai dokter umum untuk penanganan COVID-19 dengan kontrak sampai Januari 2021.

Yang jadi permasalahan adalah offer saya kemudian berubah menjadi conditional LoA karena sertifikat IELTS saya sudah berusia 2 tahun pada bulan Januari 2021. Dengan kata lain, saya harus mengambil tes bahasa Inggris lagi.

Hanya saja di situasi pandemi, tes bahasa Inggris seperti IELTS atau TOEFL menjadi lebih sulit karena umumnya lokasi tes hanya terdapat di kota-kota besar yang kemungkinan besar tingkat penularan coronavirusnya menjadi lebih tinggi dibanding tempat lain. Di tambah lagi rutinitas sebagai dokter COVID-19 yang ternyata lebih melelahkan dari yang saya perkirakan menjadi bonus hambatan yang harus saya hadapi. Rasanya sulit untuk mencari waktu khusus untuk perisapan mengambil tes IELTS di tengah terus bertambahnya pasien COVID-19 di Sorowako tempat saya bekerja.

Dalam situasi inilah saya berkenalan dengan salah satu tes bahasa Inggris lain yang tidak pernah saya tau sebelumnya, DUOLINGO. Yes! It might sound unfamiliar compared to IELTS, TOEFL, or TOEIC.

But in time of pandemic, DUOLINGO saves the day!! Or at the very least, my day!!

source: duolingo.com

Di tengah kondisi yang tidak menentu seperti saat pandemi coronavirus, Duolingo seperti menjadi oasis karena University College London menerima Duolingo sebagai persyaratan admisi selama pandemi.

Menurut saya Duolingo memiliki cukup banyak kelebihan dibandingkan tes sejenis lainnya. 

Pertama, tesnya relatif lebih simpel. Hanya butuh waktu sekitar sejam. Komponen dan material tesnya lebih sederhana dibanding IELTS Academic yang menurut saya lebih demanding dan butuh latihan dan fokus lebih. 

Kedua, dari segi biaya lebih murah dibanding IELTS atau TOEFL IBT yang bisa hampir 3 jutaan. Saat saya mengambil tes Duolingo, biaya tesnya sebesar 692.000 yang dapat dibayar lewat kartu kredit.

Ketiga, hasil tesnya lebih cepat keluar. 2x24 jam sudah ada. Bahkan ada yang dalam 1x24 jam sudah dapat hasilnya. Hasilnya dapat langsung didownload dalam bentuk PDF, diprint atau dikirim langsung ke universitas tujuan.

Keempat, tesnya dapat dilakukan kapan saja atau di mana saja (walaupun ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus ditaati) asal ada komputer/laptop dan jaringan internet. Sehingga untuk seseorang yang waktunya cukup terbatas dan butuh flexibilitas, Duolingo bisa jadi pilihan yang sangat membantu.

Sebelum tes yang sesungguhnya di mulai, kita dapat berlatih dan melakukan simulasi tes di websitenya. Walaupun berdasarkan pengalaman saya, bank soalnya tidak banyak sehingga semakin lama berlatih soalnya seperti terasa itu-itu saja. Namun cukup membantu untuk membiasakan diri dengan teknis pelaksanaan tesnya.

Untuk detail dan persayaratannya serta simulasi tesnya, dapat langsung dibaca di website resminya di www.duolingo.com

Jika dilihat lebih detail, soal Duolingo lebih sederhana seperti melengkapi kata yang tidak lengkap agar menjadi kata, kalimat serta paragraf yang utuh. Untuk listening, soalnya seperti mengetik kembali kalimat yang diperdengarkan, serta membedakan mana kata bahasa Inggris asli dan mana yang bukan. 

Untuk writing, hampir mirip dengan IELTS Writing Part 2. Bedanya, kita diminta menuliskan argumen mengenai sebuah fenomena atau pertanyaan dalam waktu 2-3 menit saja. Kalau tidak salah ingat ada minimal kata yang harus dituliskan.

Pada bagian Speaking juga ada kemiripan dengan speaking IELTS. Ada bagian di mana kita diminta membacakan kalimat tertentu dan pada bagian lain, kita diminta untuk berbicara mengenai sebuah fenomena atau diminta memberikan argumen mengenai sebuah pernyataan. Mirip dengan IELTS, hanya saja tidak berhadapan dengan native speaker secara langsung.

Singkat cerita, setelah menjalani tes hasilnya keluar kurang dari 2x24 jam. Saya mendapat skor 120 dari total 160. Skor yang tidak terlalu tinggi namun menurut saya cukup untuk first taker dengan persiapan yang minimal. Lebih dari itu, skor ini cukup untuk membuat saya kembali mendapat LoA unconditional dari UCL karena UCL hanya meminta overal skor minimal 115 dan belum ada syarat nilai minimal untuk per komponennya (mungkin karena tesnya baru digunakan sehingga perlu validasi skor).



Oh ya, untuk Duolingo komponen penilaiannya sedikit berbeda dengan IELTS atau TOEFL yang umumnya membagi  4 komponen Listening, Reading, Writing, dan Speaking. Untuk Duolingo, komponen penilainnya juga tentu saja menilai 4 kemampuan berbahasa pada umumnya namun dalam penjabaran yang berbeda yaitu Literacy (read and write), Conversation (listen and speak), Comprehension (read and listen), dan Production (write and speak).

Hasil tes Duolingo saya sebenarnya cukup equivalen dengan tes IELTS saya sebelumnya karena nilai tertinggi saya ada pada Reading dan Listening dan terendah pada bagian Speaking dan Writing. Yes, I still need to work harder on speaking and writing.

Tapi apapun itu, setidaknya adanya tes Duolingo sangat membantu saya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi dan bisa merubah kembali status LoA saya menjadi unconditional.

See you in another story. Hope this helps!!

Subscribe to: Posts ( Atom )

ABOUT AUTHOR

Flag Counter

LATEST POSTS

  • Begini Cara Agar Diterima Oleh Universitas Luar Negeri
    University of Cambridge - Salah satu universitas terbaik di dunia Sudah lama saya ingin berkuliah di luar negeri. Buat saya pendidikan...
  • My LPDP Story - Pengalaman Mengikuti Seleksi Administrasi LPDP
    Dua cerita kegagalan dengan AAS dan Fulbright akhirnya membawa saya kepada LPDP. LPDP sebenarnya adalah beasiswa prioritas utama saya sejak...
  • Kuliah ke Luar Negeri Pakai TOEFL atau IELTS?
    Tes bahasa adalah syarat mutlak jika seseorang ingin melanjutkan sekolah atau bekerja di luar negeri. Tes ini sendiri bertujuan untuk menja...
  • My LoA Story - Akhirnya Saya Mendapatkan LoA
    Setelah semua persyaratan berhasil saya selesaikan, akhirnya saya mulai mendaftarkan diri saya ke berbagai universitas. Saya menyelesaikan ...
  • My LPDP Story - Pengalaman Menghadapi dan Tips SBK LPDP 2019
    Setelah berhasil melalui tahap administrasi, tembok kedua yang harus dihadapi dalam proses seleksi beasiswa LPDP adalah Seleksi Berbasis Ko...
  • My AAS Story : Menghabiskan Jatah Gagal
    Australia Awards Scholarship (AAS) adalah salah satu beasiswa luar negeri yang paling populer. Menurut saya ada banyak hal yang membuat...
  • My LPDP Story - Pengalaman Wawancara 2 LPDP 2019 di Makassar
    Tahap akhir dari seleksi LPDP adalah wawancara. Tahap wawancara adalah tahap paling krusial dari rangkaian seleksi beasiswa. Pada skema bea...
  • My Fulbright Story - Kegagalan Pertama Berburu Beasiswa
    Mengejar beasiswa penuh untuk studi lanjut memang bukan hal yang mudah. Dibutuhkan ketekunan, dedikasi, mental kuat yang siap menerima kega...
  • My LPDP Story - Pengalaman Wawancara 1 LPDP 2019 di Makassar
    Setelah melalui wawancara 2 serta verifikasi dokumen, jadwal saya selanjutnya adalah wawancara 1 pukul 16.20 tanggal 14 Agustus 2019. Jedan...
  • My IELTS Story - Berbagi Pengalaman Belajar Otodidak dan Tes IELTS di IDP Makassar
    Setelah saya dinyatakan lulus Ujian Kompetensi Dokter batch 4 tahun 2018 pada awal Desember 2018, saya langsung tancap gas untuk persiap...

Blogger templates

Instagram

Find me on Instagram @fistrajanrio

Blog Archive

  • November 2020 (1)
  • October 2020 (1)
  • January 2020 (1)
  • December 2019 (1)
  • November 2019 (3)
  • October 2019 (1)
  • September 2019 (8)
  • August 2019 (3)
  • July 2019 (3)
Powered by Blogger.

Search This Blog

Report Abuse

  • Home

About Me

My photo
Fistra Janrio Tandirerung
A passionte doctor with interest on health practice, education, and research. I made this blog to share valuable information and insights on important events and to help those who aspire for higher education abroad trough scholarship.
View my complete profile

Belajar IELTS Otodidak. Mungkinkah?

source: freepik.com Kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, adalah syarat mutlak untuk melanjutkan studi di luar negeri. Syarat ...

Contact Form

Name

Email *

Message *

Latest Posts

  • My LPDP Story - Pengalaman Menghadapi dan Tips SBK LPDP 2019
    Setelah berhasil melalui tahap administrasi, tembok kedua yang harus dihadapi dalam proses seleksi beasiswa LPDP adalah Seleksi Berbasis Ko...
  • My LPDP Story - Pengalaman Wawancara 2 LPDP 2019 di Makassar
    Tahap akhir dari seleksi LPDP adalah wawancara. Tahap wawancara adalah tahap paling krusial dari rangkaian seleksi beasiswa. Pada skema bea...
  • My LPDP Story - Pengalaman Mengikuti Seleksi Administrasi LPDP
    Dua cerita kegagalan dengan AAS dan Fulbright akhirnya membawa saya kepada LPDP. LPDP sebenarnya adalah beasiswa prioritas utama saya sejak...

Blogroll

Flickr

About

Copyright 2014 Fistra Janrio`s Self Discovery.
Designed by OddThemes